Thursday, 22 December 2011

Thursday, December 22, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja di Koreas Selatan Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Kim Jong-il.
SEOUL (KORSEL) - Para pemimpin agama di Korea Selatan menyampaikan belasungkawa ke Utara atas wafatnya Kim Jong-il, seorang mantan presiden Korea Utara.

Uskup Agung Hyginus Kim Hee-joong dari Gwangju kepada wartawan Selasa (20/12/2011) bahwa “kematian Kim seharusnya tidak memperburuk hubungan” diantara Utara dan Selatan.

Prelatus itu menambahkan bahwa ia berharap kedua pemerintah akan “memilih mundur” dan mencari rekonsiliasi, perdamaian dan saling bekerja sama.

Kim Jong-il meninggal pada akhir pekan lalu akibat serangan jantung, demikian kantor berita resmi Korea Utara.

Seorang wakil dari Komite Rekonsiliasi Rakyat Korea dari Konferensi Waligereja Korea mengatakan bahwa mereka akan terus menyalurkan “bantuan kemanusiaan kepada rakyat Korea Utara” dan mengungkapkan kekhawatirannya dengan kematian Kim Jong-ill dapat menyebabkan banyak penderitaan.

Menteri Unifikasi Yu Woo-ik mengatakan pemerintah Korea Selatan menyatakan “rasa simpati” kepada rakyat Korea Utara, tapi pihaknya memutuskan untuk tidak mengirim delegasi resmi.

Namun, Yu menambahkan istri dari mendiang Kim Dae-jung, mantan presiden Korea Selatan, dan anggota keluarga dari mantan direksi Hyundai Group, Chung Mong-hun, akan diizinkan untuk melakukan kunjungan pribadi ke Utara sebagai kunjungan balik dari sebuah delegasi Korea Utara sebelumnya.

Kim Dae-jung mengunjungi Korea Utara untuk pertemuan antar-Korea pertama dengan Kim Jong-ill tahun 2000.

Uskup Agung Kim mengatakan “ketika seorang musuh menghormati kematian rekannya, dapat membantu membalikkan keadaan yang selama beberapa dekade bermusuhan.”

Menurut harian nasional Joongang Ilbo, sebuah jajak pendapat dari 710 warga Korea yang dipublikasikan dua hari lalu menunjukkan 48,7 persen responden mengatakan pemerintah atau kelompok-kelompok sipil harus memberi penghormatan resmi atas kematian Kim, sementara 49,9 persen menentangnya. (Ucanews/CathnewsIndonesia)