Thursday 15 December 2011

Thursday, December 15, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Keuskupan Yokohama Rayakan 150 Tahun Gereja di Jepang. YOKOHAMA (JEPANG) - Bagi keuskupan Yokohama, tahun 2012 adalah sebuah tahun yang menandai dua peristiwa khusus dalam sejarah Jepang.

Pertama adalah peringatan 150 tahun atas pengabdian gereja pertama yang dibangun di Jepang setelah negara itu terbuka untuk Barat. Kedua adalah peringatan 75 tahun keuskupan itu.

Dengan demikian, selama satu tahun yang dimulai pada 23 November 2011, dan berlangsung hingga 24 November 2012, dijadikan sebagai “tahun peringatan” bagi keuskupan itu.

Tahun depan juga bertepatan dengan 150 tahun kanonisasi St. Paulus Miki dan teman-temannya.

Pada 23 November, Uskup Masahiro Umemura dari Yokohama mengadakan Misa di Yokohama Tenshudo, juga dikenal sebagai Gereja Hati Kudus, untuk membuka peringatan 150 tahun itu.

Liturgi itu sendiri ditandai dengan simbol-simbol penting dari sejarah Gereja di Jepang. Keuskupan Yokohama adalah rumah bagi sebuah salib, piala, dan sarana sakral lain milik Theodore-Augustin Forcade dari Serikat Misi Paris, yang diangkat menjadi Vikaris Apostolik pertama untuk Jepang tahun 1846 dan kemudian menjadi Uskup Agung Aix, Arles, dan Embrun di Prancis.

Sarana-sarana itu dipamerkan selama Misa, yang dihadiri oleh sekitar 400 orang.

Pastor Forcade tiba di Kerajaan Ryukyu di pulau yang kini dikenal sebagai Okinawa tahun 1844. Ia diangkat Vikaris Apostolik Jepang dan Uskup Titular Samoa tahun 1846.

Setelah kembali ke Prancis, ia diangkat menjadi Uskup Nevers, tempat St. Bernadette dari Lourdes.

Meskipun ia menjabat uskup agung di Aix-en-Provence, ia terus mempersembahkan Misa setiap bulan untuk Gereja di Jepang, dan terutama bagi masa depan para imam Jepang, demikian Uskup Umemura.

Gereja Hati Kudus, yang dibangun tahun 1862, dipindahkan dari lokasi aslinya dan menjadi Katedral Yokohama saat ini. Lokasi aslinya, kini menjadi bagian dari Chinatown Yokohama, ditandai dengan sebuah tugu batu dan patung Kristus.

Gereja itu dibangun oleh Prudence Seraphin-Barthélemy Girard, setelah Jepang menandatangani perjanjian dengan Amerika dan negara-negara lain dan terbuka kepada dunia tahun 1854. Pastor Girard sendiri pergi ke Jepang tahun 1859 sebagai penerjemah bagi para diplomat Prancis.

Dalam homilinya pada Misa itu, Uskup Umemura mengutip dalam sebuah zaman dimana orang mencoba menghasilkan sesuatu yang banyak dengan “usaha yang kecil.”

“Kita harus mengambil semangat para pendahulu kita dan terus menginjili, tanpa melakukannya maka ”prinsip utama kita untuk efektivitas nilai ekonomi sebagai pertimbangan yang paling penting,” katanya. (Ucanews)