Tuesday, 6 December 2011

Tuesday, December 06, 2011
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Aparat Keamanan Bakar Gereja Baptis dan Bumihanguskan Kampung Wandenggobak.
MULIA (PAPUA) - Aparat Keamanan telah membakar sebuah Gereja di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Menurut sumber Tim PPGI di Jayapura pasukan gabungan dari TNI dan Polri pada Minggu (04/12/2011) menyerang sebuah kampung saat warganya sedang mengadakan Ibadah.

Sumber lokal mengatakan kepada Tim PPGI, telah terjadi kontak senjata antara dua peleton dari brigade 'Kelapa' dari Brimob dan TPN-OPM pimpinan Goliat Tabuni pada 15.30 WIT di sekitar kampung Wandenggobak dekat Tingginambut.

Selanjutnya aparat keamanan tersebut membakar sebuah gereja Baptis dan membumi hanguskan rumah-rumah warga kampung Wandenggobak.

Sumber menyatakan, tujuan dari membakar gereja tersebut merupakan balasan atas serangan Goliat Tabuni yang menewaskan dua anggota Brimob tewas pada hari sebelumnya.

Selain menghanguskan gereja dan rumah, korban sipil juga berjatuhan, meskipun demikian, jumlah korban belum diverifikasi, sebab belum ada media atau organisasi independen yang turun ke lapangan. Sedangkan nasib penduduk desa belum diketahui hingga berita ini di kabarkan.

Menurut sumber dipercaya, serangan di Puncak Jaya diduga telah dimulai setelah pasukan Goliat Tabuni diduga melancarkan serangan terhadap sasaran militer di Puncak Jaya pada tanggal 1 Desember, setelah upacara besar pengibaran Bintang Kejora di Tingginambut. Namun, sumber lainnya di Wamena menyatakan bahwa Goliat Tabuni berada dekat dengan Wamena, yang berarti jauh dari Tingginambut.

Terkait hal ini, Sekretaris Militer Presiden TB Hasanuddin yang kini menjadi anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P, menyayangkan sikap pemerintah yang malah mengerahkan ribuan pasukan TNI dan Polri di Papua.

"Hanya untuk rebutan bendera. Seharusnya, menyelesaikan akar permasalahan sesungguhnya di Papua," kata TB Silalahi.

Ditegaskan, ada empat masalah utama yang harus segera diselesaikan dalam masalam Papua ini. Hal pertama, katanya, adalah masalah pelanggaran HAM dan yang kedua, adanya marginalisasi terhadap masyarakat asli Papua. (Tim PPGI)