Tuesday, 6 December 2011

Tuesday, December 06, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Partai Islam Kuasai Pemilu Parlemen, Umat Kristen Koptik Berdoa.
KAIRO (MESIR) - Komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah, Kristen Koptik, bereaksi melihat hasil pemilihan umum parlemen pertama Mesir yang menunjukkan kemenangan partai politik Islam. Penganut Kristen Koptik melakukan ibadah Minggu massal di gereja-gereja di seluruh Mesir, Minggu (05/12/2011). Mereka menunjukkan kekhawatiran bahwa negara itu akan dipimpin mengarah pada hukum Islam (Syariah) akan mempunahkan Kristen Koptik di negara itu.

Hasil pemilihan umum putaran pertama menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Mesir memilih partai Islam dengan suara mereka menunjukkan mencapai hampir 65 persen. Partai Islam moderat, Partai Keadilan dan Kebebasan (FJP) berada di urutan pertama dengan 36,6 persen dan partai Islam garis keras Al Nur Salafi berada di urutan kedua dengan 24,4 persen.

“Semua kaum Koptik sangat khawatir. Kami tidak mengharapkan ini, kami ingin beberapa kelompok liberal dipilih dengan harapan mungkin ada perubahan” ucap Girgi Szaki (42) seorang insinyur.
Hasil pemilu minggu lalu adalah hasil pertama dari tiga tahap pemungutan suara untuk membentuk parlemen.

Banyak warga Kristen Koptik mengharapkan partai liberal memenangkan pemilu parlemen tahun depan. “Kami terkejut tapi kami masih optimistis, ini adalah demokrasi, ini adalah opini nyata dari Mesir, partai sekuler masih terus berjuang,” kata Eman Seif.

Pemimpin reformasi Mesir sekaligus kandidat Presiden Mesir, Mohamed El Baradei menunjukkan kekhawatiran munculnya elemen atau ide-ide garis keras. Peraih nobel perdamaian itu mengatakan pemuda liberal di balik penggulingan Hosni Mubarak telah “hancur” dalam pemilihan umum pertama yang didominasi partai Islam.

“Para pemuda merasa kecewa. Mereka tidak merasa bahwa tujuan-tujuan revolusi telah dicapai. Mereka hancur, pemuda gagal untuk menyatukan dan membentuk satu masa penting,” ucapnya.

Baradei menekankan bahwa dalam membuat konstitusi, menghormati hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi harus menjadi dasar dari konstitusi di antara para kepentingan dan bukan sebuah mayoritas parlemen. Dia juga mengangkat kekhawatiran terkait dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh kelompok Salafi.

Kelompok Islam garis keras itu mempertanyakan apakah wanita perlu dilarang mengendarai, seperti yang diberlakukan di Arab Saudi. Mereka juga menyebut novel-novel peraih Nobel Naguib Mahfouz sebagai “prostitusi”.

“Saya kuatir tentu saya bahwa beberapa hal ekstrem yang keluar dari Salafi, ketika mendengar bahwa kita masih memperdebatkan apakah perempuan diperbolehkan mengendarai mobil, apakah demokrasi bertentangan dengan hukum Islam,” tutur Baradei.

Dia menyerukan kelompok Islam moderat yang menjaga prinsip-prinsip agama harus memperhatikan kemiskinan yang merajalela, buta huruf, dan bukan tentang apa yang orang pakai atau minum. Islam moderat harus memastikan bahwa suara-suara fundamentalis tidak akan menjadi arus utama.

Baradei juga menyerukan kelompok pemuda liberal untuk tidak menyerah dan melihat proses reformasi Mesir dan mempersiapkan untuk pemilihan berikutnya, mengatasi perbedaan idiologis mereka dan bekerja sama. (Suara Pembaruan)