jihad? |
Menurut Turius, penanganan konflik di Papua sebenarnya dapat di selesaikan oleh pemerintah Indonesia, sehingga tidak ada organisasi atau lembaga manapun secara sepihak dapat intervensi pemerintah khususnya untuk penyelesaian masalah Papua.
“Harusnya mereka [FUI] mengerti dan memahami akar persoalan Papua. kalau tidak tahu persoalan papua jangan omong sembarangan. karena pernyataan begini bisa berakibat fatal atau mengarah pada konflik SARA atau konflik agama.” ujarnya di Jayapura, pada Senin (26/11/2011).
Selain itu menurutnya, masalah Papua sesungguhnya bukan masalah makan – minum yang sering mereka [FUI] alami di daerah mereka, namun ini adalah masalah ideologi dan sejarah integrasi yang penuh kontrovesi dan muslihat. Sehingga wajar jika masalah Papua tidak bisa diselesaikan dengan cara – cara kekerasan atau melalu jihad yang sering kali di dengungkan oleh kelompok-kelompok radikal yang bernafsu melakukannya demi cita-citanya membuat negara ini menjadi negara islam.
Lanjutnya, pernyataan 'berjihad di Papua' yang di lontarkan Ketua Dewan Penasehat FUI Habib Rizieq Shihab, Muhammad Al Khathath dan Mantan Ketua YLBHI Munarman adalah satu pukulan berat dan sebuah pernyataan yang sangat diskriminatif bagi kaum beragama minoritas di Indonesia terutama umat Kristen di Papua
"Kerukunan umat beragama di Papua sudah terjalin dan terpelihara dari dulu, sehingga siapun yang membongkar dan merongrong kerukunan ini, maka semua orang yang hidup di Papua harus melawan dan menolak isu berjihad seperti statement FUI beberapa waktu lalu." tegas Turius.
Disayangkan karena pernyataan ini hanyalah komentar tanpa dasar yang dapat memicu sentimen agama. Sentimen ini dapat dilihat dari aksi mereka (kelompok intoleran) selama ini di Ambon, Maluku. Isu yang mereka angkat di Maluku adalah aksi yang mereka cap sebagai aksi 'melawan RMS' yang mereka asosiasikan dengan umat Kristen di Maluku. Apalagi melihat pernyataan mereka yang secara membabi buta menuduh gereja di Papua serta Vatikan sebagai pendukung pelaksanaan referendum Papua.
Sebab baginya, para tokoh Papua dan tokoh Gereja bersama elemen pencinta perdamaian sedang berupaya untuk menyelesaikan konflik Papua dengan cara damai dan bermartabat, sehingga umat Kristen di Papua tidak akan memberi satu celah untuk menghidupkan lagi cara-cara kekerasan yang hanya merugikan warga Papua. termasuk diantaranya pendekatan jihad islam dan kekerasan militerisme.
Pemuda Papua siap 'berjihad'
Dengan tegas Turius Wenda mengatakan, "jika seruan jihad dan kekerasan direalisasikan di Papua maka para pemuda dari semua elemen umat beragama di Papua akan tegas menolak dan melawan".
Kami juga menghimbau kepada semua umat beragama di Papua jangan mudah terporvokasi isu SARA dan pejihad di Papua, dan diharapkan untuk menciptakan rasa damai dan keamanan setiap dimanapun kita berada, karena Tanah Papua adalah tanah damai.
Senada dengan Turius, Buctar Tabuni, Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menyatakan siap berjihad melawan para intoleran yang ingin merongrong kedamaian di Papua.
"Kami di Papua siap berjihad, apabila Forum Umat Islam mau berjihad di Papua." ujarnya via seluler kepada Suara Baptis Papua, pada Selasa, (27/11/2011).
Tabuni menambahkan, pernyataan gila Forum Umat Islam itu akan dilawan agar tidak terjadi Papua. Sebab, kalau terjadi di Papua, maka akan berakibat konflik agama. (SPB/TimPPGI)