Tuesday, 27 December 2011

Tuesday, December 27, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tanggapi Bom Natal di Nigeria, Paus Benedictus XV Minta Umat Menghindari Kekerasan lewat Kedamaian.
VATIKAN - Serangan bom Natal di Nigeria yang menewaskan 40 orang langsung menuai kecaman dari dunia internasional. Paus Benedictus XVI menyebut tragedi tersebut "absurd" dan menyatakan kesedihannya kepada keluarga korban.

Berbicara dalam khotbah Natal, Paus mengatakan, hanya rasa saling menghormati dan rekonsiliasi yang bisa membawa perdamaian, bukan kekerasan. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut mengajak seluruh umat mendoakan keluarga korban dan warga Kristen Nigeria.

"Saat ini, saya ingin menekankan kembali bahwa kekerasan hanya akan menghasilkan kepedihan, kerusakan, dan kematian. Hanya sikap saling menghormati, rekonsiliasi, dan cinta adalah jalan menuju perdamaian," lanjutnya.

Suara yang sama juga dikeluarkan Gedung Putih. Presiden Barack Obama menyebut insiden tersebut sebagai serangan teroris di Nigeria "yang tidak berperasaan".

"Kami mengutuk kekerasan tak berperikemanusiaan dan hilangnya nyawa manusia di Hari Natal tersebut. Kami mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan dan orang-orang terkasih mereka,"ujarnya.

Obama memonitor kejadian tersebut dari Hawaii, di mana bersama keluarganya sedang berlibur. Gedung Putih menyatakan, telah melakukan kontak dengan koleganya di Nigeria dan berjanji akan membantu menyeret pelakunya mempertanggungjawabkan tindakannya.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengekspresikan rasa solidaritasnya kepada Nigeria dalam melawan terorisme. Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan "meski tengah merayakan Hari Natal, dunia tetap bersatu melawan terorisme".

Menteri Luar Negeri Inggris Willam Gague menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pecundang. "Itu adalah serangan pengecut terhadap keluarga yang berkumpul dalam suasana damai dan tengah beribadah untuk merayakan hari yang menyimbolkan harmoni serta persaudaraan dengan sesama. Saya menyatakan bela sungkawa kepada korban tewas dan luka," tandasnya.

Israel menyatakan segera mengirimkan bantuan medis ke Nigeria. Tel Aviv menyatakan, mengecam tragedi yang terjadi tepat di Hari Natal tersebut.

Militan Islam Boko Haram telah mengakui berada di belakang serangan di Gereja Katolik St. Theresa, Madalla dekat ibu kota Lagos. Juru bicaranya yang menggunakan nama samaran Abul Qaqa mengakui rangkaian serangan tersebut sebagai aksi pembalasan kepada Amerika dalam wawancaranya dengan Harian the Trust, satu-satunya media yang digunakan Boko Haram untuk berkomunikasi dengan publik.

Ledakan pertama terjadi pada Minggu (25/12/2011) pada pukul 08:00 (waktu setempat). Meski miliaran dolar dari pejualan minyak Nigeria masuk ke anggaran belanja Slaku Luguard, badan yang menangani kondisi darurat tersebut hanya bisa mengirim SMS kepada wartawan untuk meminta bantuan mencarikan tambahan ambulans.

Lambatnya respon otoritas, menuai protes dan amarah dari orang-orang yang berada di sekitar lokasi kejadian. Serangan kedua terjadi di Kota Jos, dekat Gereja Gunung Api dan Gereja Keajaiban. Sekelompok pria bersenjata kemudian melepaskan tembakan ke polisi di lokasi ledakan. Aparat kemudian menemukan bom rakitan di dekat lokasi dan berhasil dijinakkan.

Sore harinya, ledakan terdengar dari jalanan Kota Damaturu, ibu kota Negara Bagian Yobe dimana, sebelumnya (22/12) telah terjadi kontak senjata antara aparat dan militan Boko Haram dan menewaskan 61 warga sipil.

Ledakan paling serius terjadi ketika seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan mobil berisi bahan peledak di markas polisi rahasia Nigeria. Menewaskan tiga orang. (JPNN)