Tuesday 6 December 2011

Tuesday, December 06, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tangkap Biarawati dan Tuduh Perdagangan Anak, Gereja Katolik di Srilanka Boikot Acara Natal Buatan Pemerintah.
KOLOMBO (SRI LANKA) - Gereja Katolik akan memboikot semua acara Natal yang diadakan pemerintahan sebagai bentuk protes atas penangkapan terhadap seorang biarawati dengan tuduhan perdagangan anak.

Dalam konferensi pers di Colombo pada 3 Desember, Kardinal Malcolm Ranjith mengatakan bahwa ia dan pejabat Gereja lainnya tidak akan berpartisipasi dalam acara Natal yang disponsori pemerintah tahun ini.

Ia mengatakan Gereja mengecam keras penangkapan Suster Mary Eliza MC, seorang biarawati India yang melayani Panti Asuhan Prem Nivasa di Moratuwa, dekat Colombo.

Panti asuhan itu juga menyediakan tempat penampungan bagi kaum perempuan yang hamil di luar nikah.

“Sebagai reaksi kami terhadap kasus ini kami tidak akan terlibat dalam kegiatan pemerintah atau acara Natal tahun ini yang diselenggarakan pemerintah hingga masalah ini dituntaskan,” kata Kardinal itu.

Ia mengatakan penangkapan pekan lalu dilakukan tanpa bukti yang kuat.

Polisi dan para pejabat Otoritas Nasional Perlindungan Anak (NCPA) menggerebek panti asuhan itu pekan lalu setelah mendapat bocoran bahwa anak-anak sedang dijual di sana.

“Para suster yang melayani di panti ini berasal dari berbagai negara dan mereka melayani dengan luar biasa. Para pejabat NCPA telah menerima telepon dari seseorang dengan cara menyamar,” kata kardinal, seraya mengecam pemberitaan negatif melalui media pekan lalu.

“Para pejabat NCPA memberikan keterangan kepada media tanpa menyelidiki telepon samaran yang mereka terima. Apa yang terjadi di sini adalah bahwa NCPA dan polisi tidak mengetahui fakta-fakta yang sebenarnya tentang panti asuhan itu, dan memberikan informasi yang salah kepada media, yang mendiskreditkan para biarawati itu,” kata mantan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia itu.

Ia mengatakan para biarawati itu memberi dukungan luar biasa bagi orang yang sangat rentan.

“Ketika perempuan hamil pergi ke panti asuhan ini untuk mencari tempat berlindung, para biarawati ini tidak menanyakan kasta atau keyakinan mereka. Beberapa gadis telah diperkosa dan bunuh diri karena seseorang telah menghancurkan hidup dan martabat mereka,” kata Kardinal Ranjith, yang juga ketua presidum Konferensi Waligereja Sri Lanka. (Ucanews/CathnewsIndonesia)