Tuesday, 24 January 2012

Tuesday, January 24, 2012
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Dilayani sebagai Manusia, Imigran Muslim Timur Tengah di Belanda Masuk Kristen.
AMSTERDAM (BELANDA) - Pertumbuhan imigran Timur Tengah di Belanda yang menjadi pengikut Kristus kian bertambah, karena giatnya penginjilan Gereja-gereja yang melayani para imigran ini dengan penuh penghargaan dan toleransi.

Seperti diberitakan situs berita nasional di Belanda, De Pers pada Selasa (17/01/2012), ribuan imigran ini memilih menjadi pengikut Kristus sebagai sebuah keputusan pribadi.

Beberapa mengakui, dinegara asal, mereka sama sekali tidak mengenal satu hal yang baik tentang Kekristenan, malah diakui mereka, selain Yahudi, umat Kristen dicap sebagai momok yang mengerikan sehingga dianggap musuh besar, sehingga patut dibasmi dan dimusnahkan.

Seorang pemuda yang tidak ingin disebut namanya karena khawatir akan aksi kebencian kelompok intoleran beragama di Belanda, mengakui pilihannya sebagai Kristen adalah pilihan pribadi.
"Ini adalah keputusan saya sendiri, sebuah komitmen antara saya dan Tuhan" ujarnya.

Hal yang sama dikatakan oleh jemaat lainnya. Keputusan mereka mengikut Kristus adalah hal yang sangat dilarang dalam hukum Islam sehingga ketika mereka ketahuan, mereka akan dianiaya oleh para fundamentalis dan radikal Islam yang diam-diam telah ada di Belanda.

"Saya telah menjadi Kristen, tapi itu rahasia." ujar salah seorang jemaat Gereja Reformed Oase di Slotermeer, sebuah distrik dipinggiran Amsterdam, Belanda.

Mayoritas imigran muslim Timur Tengah yang menjadi Kristen berasal dari kota Slotermeer, merupakan warga asal Maroko, Turki, Irak dan Afghanistan.

Dikatakan juga, sebagai pusat kota dari Gereja Reformed di Belanda, para hamba Tuhan dan umat Kristen di Slotermeer mengakui merasa terpanggil dengan pelayanan kepada para imigran ini. Sebab menurut Pendeta Serge de Boer. "Allah selalu menerima semua bangsa untuk datang ke Gereja."

De Boer juga mengakui, pelayanan ini mereka lakukan karena setengah penduduk dari Slotermeer adalah warga muslim, sehingga mau tidak mau mereka harus menjangkau mereka.

Walau dijalani dengan susah payah akibat perbedaan bahasa dan budaya yang mencolok, contohnya saat akan mengadakan ibadah, Pdt De Boer mengakui jemaat harus menyesuaikan tata ibadah dengan budaya mereka.

"Hari ini, semua lagu dalam bahasa Belanda dan Inggris, tetapi pada hari-hari lain juga dinyanyikan dalam bahasa Spanyol dan Arab." katanya.

Pelayanan yang dimulai sejak tahun 2010 ini mulai menjadi pelayanan jenis baru di Belanda, ribuan orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan mulai mendirikan pelayanan mereka dibeberapa wilayah lainnya. Sekitar 25 Komunitas Iman Antarbudaya telah berdiri di wilayah Nieuw West. Komunitas ini merupakan jaringan dari Rencana Gereja Internasional di Eropa.

Hal ini sebenarnya berlawanan dengan kondisi jemaat Gereja-gereja yang ada di Belanda, diakui Pendeta De Boer yang melayani di Gereja Reformed Oase Slotermeer, Kekristenan di Belanda mengalami kelesuan dan goncangan iman karena pengaruh sekularisme yang semakin mendunia, termasuk juga dukungan negara terhadap liberalisme, aborsi dan homoseksual yang sangat ditentang Gereja. Akibatnya, generasi muda yang seharusnya menjadi penerus gereja malah terjerumus dalam pengaruh dunia karena menilai sikap gereja bersikap 'kolot' dan mencari agama baru yang menurut mereka, konon, lebih menantang.

Sedangkan imigran lainnya berasal dari Amerika Selatan yakni Suriname dan Antilles yang mayoritas merupakan jemaat gereja Pentakosta, turut beribadah di gereja Reformed sedang tidak satupun berdiri Gereja Pentakosta di wilayah tersebut.

Selain muslim Timur Tengah, umat Kristen asal Timur Tengah yang ada di Amsterdam mengaku lebih dihargai sebagai manusia.

Seperti dikutip situs Berita Kristen di Iran, Mohabatnews, seorang tokoh Kristen asal Iran yang mengungsi ke Belanda mengakui umat Kristen di Eropa lebih menghargai dan menerima perbedaan daripada masyarakat Islam yang menjadi mayoritas di Timur Tengah. Termasuk juga membuka diri menerima arus pengungsi akibat gejolak politik dan kekerasan beragama yang meningkat di Timur Tengah, khususnya di Iran. (DePers/Mohabat/TimPPGI)