Monday, 2 January 2012

Monday, January 02, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gubernur Maluku Resmikan Gedung Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Siri Sori Sarani.
AMBON (MALUKU) - Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, Jumat (23/12/2011), meresmikan Gedung Gereja Protestan Maluku (GPM) Lohata Damai, Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Siri Sori Sarani, Klasis Pulau Lease, sementara proses penthabisan gedung gereja tersebut dilakukan oleh Ketua Majelis Pekerja Sinode GPM, Pendeta Jhon Ruhulesin.

Peresmian gereja tersebut turut dihadiri juga oleh pimpinan umat masing-masing, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku, Idrus Toekan; Ketua Walubi, Welhemus Jawerissa; Ketua Persada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Maluku, maupun basudara dari Negeri Hutumuri dan Tamilouw.

Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu dalam sambutannya mengatakan, pengresmian gedung gereja ini memberi sebuah inspirasi baru bahwa, Tuhan sesungguhnya berpihak pada umat-Nya. Tuhan penuh dengan kemurahan hati dan besar kasih setia-Nya. Karena itu, karakter bergereja umat harus dibangun dengan baik agar dapat terwujud profil lembaga pelayanan yang misioner.

Hal ini dimaksudkan, agar pembangunan gedung gereja bukanlah bukti dari adanya kekuatan ataupun kekuasaan kekristenan, tetapi sebaliknya bukti adanya misi kristiani untuk memanusiakan manusia.

Dikatakan, gereja merupakan pusat dimana persekutuan antar umat dibangun tetapi wujud persekutuan harus nampak melalui ibadah secara berjemaat di dalam gedung gereja, dan di situlah poin penting tugas gereja untuk melakukan koinonia atau bersekutu.

“Gereja yang hidup harus mampu menjadi saksi kasih Tuhan atas umat manusia serta melayani umat manusia tanpa memandang perbedaan status sosial, perbedaan bahasa, agama, suku, adat istiadat maupun warna kulit,” katanya.

Selain itu, Wakil Bupati Maluku Tengah (Malteng), Imanuel Seipala dalam sambutannya mengatakan, Jemaat GPM Siri Sori Sarani adalah salah satu jemaat korban konflik yang tetap mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Malteng.

Bukti perhatian dan komitmen pemda merupakan bagian dari usaha untuk memberikan jaminan kesejah­teraan, keadilan serta keama­nan kepada setiap masyarakat.

Ditambahkan, persekutuan orang basudara yang telah dibangun lewat kemegahan gedung gereja ini hendaknya menjadi simbol tegaknya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan sesama orang basudara, dan ini akan memberikan sinergitas sosial yang handal untuk merajut hidup kehidupan dalam realitas masyarakat yang pluralis.

Sebelumnya, Ketua MPH Sinode Pendeta, Jhon Ruhulesin dalam refleksi firmannya mengatakan, Gedung Gereja Lohata Damai Jemaat GPM Siri Sori Sarani ini harus menjadi simbol perdamaian di Maluku, apalagi saat ini umat Kristiani sementara menanti kedatangan Raja Kemuliaan yang bertahta, bahkan bertahta juga bagi masyarakat di jemaat ini.

Dikatakan, sesungguhnya menan­tikan kedatangan Raja Kemuliaan yang datang sebagai bayi, sederhana dan dalam kehinaan itu haruslah dimaknai sebagai umat yang percaya kepada-Nya.

Untuk diketahui, pembangunan gedung gereja ini dilakukan selama enam tahun tujuh bulan di atas lahan seluas 1.731 meter persegi, sementara luas bangunannya 660 meter persegi dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 4.526.000.000.

Seusai proses pengresmian dan penthabisan Gedung Gereja Lohata Damai, gubernur juga memberikan bantuan kepada kelompok nelayan masing-masing lima kelompok nelayan di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dua kelompok nelayan di Kabupaten SBB, dua kelompok nelayan di Kabupaten SBT serta penyerahan bantuan sembako dan obat-obatan bagi anak yatim piatu di Desa Siri Sori Sarani dan Siri Sori Islam. (Siwalima)