Presiden mengumumkan tindakan-tindakan itu setelah menyebut kelompok Boko Haram sebagai 'kanker dalam tubuh' yang berusaha menghancurkan negara yang paling banyak penduduknya di Afrika itu dan berikrar akan menumpas kelompok yang melakukan serangan-serangan berdarah.
"Walaupun upaya sedang dilakukan untuk mencari solusi akhir, penting sekali melakukan beberapa tindakan tegas untuk memulihkan situasi," kata Jonathan dalam satu pidato nasional.
"Oleh karena itu, saya mengumumkan keadaan darurat di beberapa daerah negara ini," kataya sambil menyebut bagian-bagian dari negara-negara bagian Borno, tempat pangkalan Boko Haram, serta Yobe, Niger, dan Plateau yang merupakan daerah Kristen yang sering dijadikan tempat pembantaian Boko Haram.
Lebih lanjut Presiden Goodluck juga memerintahkan penutupan perbatasan-perbatasan darat daerah-daerah yang terkena dampak itu untuk mengawasi kegiatan-kegiatan teroris lintas perbatasan dengan membentuk satu pasukan khusus militer kontra-terorisme.
Daerah-daerah yang terkena keadaan darurat adalah negara bagian Borno, tempat pangkalan Boko Haram dan negara bagian Yobe di timur laut, pada wilayah inilah ribuan umat Kristen telah dibantai. Serta membuat sekitar 200,000 orang Kristen mengungsi dari Nigeria Utara. Dua daerah lainnya adalah negara bagian Plateau, bagian tengah negara itu yang memisahkan wilayah utara dan selatan dan negara bagian Niger, yang dekat dengan wilayah ibu kota federal, yang termasuk Abuja. Daerah-daerah yang terkena peraturan itu termasuk di timur laut, di mana Nigeria berbatasan dengan Kamerun, Niger dan Chad.
Selain pernyataan sikap pemerintah, para pemimpin Kristen di Nigeria menyatakan bahwa umat Kristen turut menyatakan perang melawan intoleransi, dan akan membela diri jika pihak aparat keamanan tidak mampu mengatasi aksi kekerasan yang dilakukan kelompok ekstrimis ini di daerah Nigeria Utara.
Pendeta Sunday Ibrahim, Ketua Umun Christian Association of Nigeria (CAN) yang membacakan deklarasi menyatakan "Masyarakat Kristen telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemerintah untuk melindungi hak kami dalam hal kebebasan beragama dan kehidupan,"
"Konsensus menyatakan bahwa komunitas Kristen secara nasional telah dibiarkan (diserang) tanpa ada pilihan lain selain merespon dengan tepat jika nanti ada serangan lebih lanjut kepada anggota, gereja, dan properti yang kami miliki." bunyi pernyataan yang menegaskan serangan bom Natal 2011 pada lima gereja di lima kota dianggap sebagai deklarasi perang terhadap orang-orang Kristen dan Nigeria secara keseluruhan.
Nigeria dilanda sejumlah serangan bom dan pembunuhan yang dilakukan kelompok ekstrimis muslim Boko Haram, puncak perhatian dunia adalah saat ledakan bom Hari Natal kepada lima gereja di lima kota berbeda yang menewaskan lebih dari 50 orang. Sedang pada tahun 2010 sekitar 40 orang tewas pada bom natal di kota Jos.
Negeri yang memiliki 350 suku bangsa ini, terbagi dua yaitu antara wilayah utara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan wilayah selatan yang berpenduduk mayoritas Kristen.
Sedang pecah konflik antar agama terjadi sejak tiga dekade yang lalu yang diawali dengan kekecewaan warga atas gencarnya korupsi ditubuh pemerintah saat itu, mengakibatkan munculnya kecurigaan tak berdasar atas suku dan agama yang berlawanan oleh para intoleran, sehingga melahirkan letupan-letupan konflik yang awet dijaga para intoleran hingga kini.
Sedang alasan terbaru dari serangan intoleran kini yakni pemaksaan penerapan hukum Syariah secara merata di Nigeria, sebab 12 negara bagian Nigeria yang mayoritas Islam telah menyamakan hukum syariah dengan hukum nasional.
Boko Haram menganggap, Hukum Syariah harus diterapkan diseluruh Nigeria dan menentang siapa saja yang menolak. Dalam aksi awal November 2011 ini saja, 300 orang Kristen di daerah Nigeria Utara, telah dibantai karena dianggap menentang Syaria. (AFP/Antara/CP/TimPPGI)