Pendeta Johnson Jauro dari Deeper Life Church di Gombe, mengatakan pria bersenjata itu masuk ke gereja pada pukul 7 malam, kemudian menembaki kerumunan orang di Gereja Gombe yang terletak di distrik Nasarawo, Kota Gombe, di ibukota negara bagian Gombe.
Dia mengatakan istrinya menjadi salah satu korban tewas. Selain itu, sepuluh orang mengalami luka-luka.
Sebelumnya, kekerasan sektarian dan etnis juga terjadi beberapa waktu lalu di Nigeria. Pemerintah mengumumkan status darurat di sejumlah wilayah negara itu.
"Serangan senjata terjadi secara sporadis. Mereka menembak ke jendela gereja, dan banyak orang tewas termasuk istri saya," kata Jauro kepada Kantor Berita Reuters.
"Jemaat gereja yang menghadiri misa juga banyak yang terluka."
Tidak ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut, tetapi satu-satunya kelompok intoleran yang nekat membunuh orang di Gereja hanyalah kelompok ekstrimis Islam fundamental, Boko Haram, yang selama beberapa tahun terakhir ini telah melakukan serangan bom pada hari Natal lalu, termasuk gereja di ibukota Abuja, yang menewaskan belasan orang.
Gara-gara negara Islam
Serangan oleh Boko Haram meningkat tajam dan merupakan masalah utama bagi otoritas Nigeria.
Presiden Goodluck Jonathan berjanji untuk memberantas kelompok tersebut dan menyatakan negara dalam status darurat, kepada negara bagian Borno, Niger, Plateau, Gombe and Yobe.
Sejumlah negara bagian di sekitar Gombe telah dinyatakan dalam status darurat oleh Prseiden setelah bom Natal.
Merasa lebih sempurna, Boko Haram berniat untuk mendirikan negara Islam dan ingin menerapkan hukum Syariah di seluruh Nigeria.
Pengikut Boko Haram juga menyebutkan seluruh aktivitas sosial atau politik yang berkaitan dengan nilai-nilai barat harus dilarang, sebab 'haram hukumnya'. Termasuk memberikan suara di pemilu, dan menggunakan kemeja dan celana panjang serta mendapatkan pendidikan sekular.
Ini juga termasuk usaha pembasmian, orang 'kafir' yang mereka anggap sebagai halangan pendirian negara Islam itu, menurut Associated Pres, 500 orang Kristen telah menjadi korban pembantaian mereka selama tahun 2011. (AP/BBC/TimPPGI)