Sunday 29 January 2012

Sunday, January 29, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Dilema Umat Kristen di Suria Diantara Pro-Pemerintah dan Pro-Demokrasi. DAMASKUS (SURIA) - Umat Kristen di Suria mengalami dilema moral yang begitu berat untuk diputuskan. Disatu sisi banyak dari mereka merasa berkewajiban untuk menentang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad yang merugikan kepentingan rakyat, terpisah dari tuntutan pengunjuk rasa yang menginginkan pemimpin negara tersebut untuk digulingkan.

Sedangkan disisi lain, adanya keprihatinan yang besar dengan adanya dukungan yang menggulingkan kekuasaan Assad, kemungkinan besar hidup umat Kristen di wilayah itu akan terancam dengan kelompok ekstrimis muslim.

"Umat Kristen di Syria menghadapi dilema: Mereka secara moral wajib mendukung pengunjuk rasa, namun jika Assad jatuh, kekerasan sektarian [yang menargetkan minoritas] dapat menyebar di negara itu, dan teroris Islam akan menargetkan umat Kristen sama seperti yang terjadi di Irak dan Mesir," kata Ryan Mauro, seorang analis dan penasehat bidang keamanan terkait Islam Radikal pada Christian Action Network (CAN) kepada ChristianPost.

"Jika mereka mendukung Assad dan ia kemudian jatuh, mereka akan menjadi target pembalasan dendam. Itulah mengapa anda menyaksikan mengapa komunitas besar umat Kristen di Suria memilih diam, dan tidak melakukan apapun," ujar Mauro. "Umat Kristen setuju dengan penerapan demokrasi daripada Assad, namun komunitas mereka tidak dapat menikmati kebebasan jika mereka ikut dimusnahkan [dianiaya]," tambah Mauro.

Menurut Mauro, walaupun Assad yang memimpin negara itu sejak 2000 dianggap sebagai pemimpin diktator, serta rezimnya yang dianggap sekuler. Suria dinilai sebagai tempat teraman untuk masyarakat agama minoritas di Timur Tengah.

Melihat hal itu, mayoritas gereja di Suriah secara umum diam, dan beberapa dengan tegas menyatakan dukungan mereka kepada pemerintah, tanpa perlu turun kejalan dan menyerukan agar pemerintah dan dan pengunjuk rasa dapat menghentikan segala aksi kekerasan dan menyelesaikan lewat rekonsiliasi.

Patriakh Ignatius Joseph III, pemimpin dari Gereja Katolik Suria, baru-baru ini mengutuk sikap Amerika Serikat dan Uni Eropa yang mendukung unjuk rasa yang terinspirasi dari gerakan Arab Spring. Diakui Patriakh Joseph negara barat mengorbankan umat Kristen di Timur Tengah demi mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi.

Seorang pemimpin gereja yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kepada International Christian Concern (ICC) bahwa apa yang terjadi di Irak dan Mesir, berpotensi besar terjadi di Suria.

"Lihat apa yang terjadi di Mesir dan Irak. Umat Kristen menginginkan sikap damai dalam mencapai perubahan, tetapi kelompok Islam yang menyerobot masuk dengan tujuannya yang tidaklah membuat perubahan yang baik di Suria, tetapi mengambil alih negara dengan agenda mereka. [dan] Umat Kristen-lah yang akan pertama membayar [alami penganiayaan], jika ini terjadi," ujarnya.

Umat Kristen Terbanyak di Timur Tengah
Suria adalah negara yang memiliki persentasi umat Kristen terbesar di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Dari data yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat, sekitar 10 persen warganya adalah Umat Kristen sedang terbanyak adalah Sunni Islam dengan jumlah 74 persen.

Alasan utama dari besarnya jumlah umat Kristen di Suria karena sejarah panjang Presiden Assad yang terus menjaga dan memperhatikan komunitas minoritas dan menekan kekerasan sektarian dan penganiayaan keagaamaan.

Sedangkan ratusan hingga ribuan pengungsi Kristen dari Irak yang dianiaya negara dan kelompok Islam diterima dengan baik oleh pemerintah Suriah. Diakui oleh pengungsi, walaupun hidup didalam kemiskinan mereka bersyukur karena dapat menjalankan ibadah mereka tanpa ada ketakutan.

Di Suria, "orang-orang hidup berdamping-dampingan, dan orang Suria sangat bangga dengan suasana toleransi beragama itu," ujar Gwendolen Cates, seorang sutradara film yang mengabadikan suasana umat Kristen Assiria Irak yang mengalami penganiayaan yang menuju kepada kepunahan.

Menurut Cates di Damaskus ada orang muslim, orang Yahudi dan orang Kristen dan tidak ada konflik diantara mereka. "Anda dapat berkeliling kota dan mendengar lonceng gereja yang berdekatan dengan masjid". (CP/TimPPGI)