Tuesday, 3 January 2012

Tuesday, January 03, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Umat Kristen di Irak dan Afghanistan akan Punah.
WASHINGTON DC (AS) - Kabar duka untuk umat Kristen dunia. Karena tetap memikul Salib Kristus, umat Kristen di dua negara yakni Irak dan Afghanistan akan mendekati kepunahan. Hal ini terjadi bersamaan dengan penarikan pasukan militer AS dari dua negara konflik yang masih labil dan penuh potensi radikalisme itu.

Menurut Leonard Leo, ketua umum Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) hilangnya umat Kristen di Irak dan Afghanistan akan merembet ke negara-negara lainnya di Timur Tengah.

"Keluarnya umat Kristen pribumi dari negaranya [di Timur Tengah] dari tahun ke tahun, kian meningkat" ujarnya sembari menjelaskan secara rinci faktor-faktor pemicu punahnya umat Kristen didua negara yang mayoritas Islam itu, Serta, potensi kepunahan umat Kristen di Mesir akibat kelompok garis keras Islam yang akan mengusai negara itu untuk masa selanjutnya.

USCIRF merupakan badan penelitia milik pemerintah Amerika Serikat yang memberikan rekomendasi kepada presiden, dewan perwakilan rakyat dan sekretaris negara terkait hubungan luar negeri AS dalam hal kebebasan beragama di seluruh dunia.

Dikucilkan Irak
Sejak pecah perang antar Amerika dan pemerintah Saddam Hussein di bulan Maret 2003, Irak menjadi lahan perang sektarian, sedang usaha pemerintah Amerika yang menolong penegakan demokrasi dinegara itu, ditentang keras oleh kelompok Islam garis keras yang dapat bebas bergerak setelah kejatuhan Saddam Hussein.

Situasi ini menjadikan umat Kristen yang ada di Irak menjadi berhati-hati, sebab kekerasan oleh kelompok garis keras Islam terhadap umat Kristen semakin gencar, termasuk peledakkan gedung gereja, perumahan dan tempat usaha milik umat Kristen.

Sejak 2003, berangsur-angsur 900,000 umat Kristen Irak mengungsi ke wilayah Eropa sebab disanalah tempat mereka dapat dianggap sebagai manusia, tidak di Turki, apalagi Arab Saudi.
Leo juga mengegaskan, para pemimpin agama di dunia telah bersuara memberikan peringatan kepada pemerintah Irak agar dapat menghentikan penganiayaan dan melindungi umat Kristen dan agama minoritas lainnya. Khususnya kepada umat Kristen di wilayah Irak Utara yang telah menjadi sasaran perang sektarian sejak 2003.

Menurutnya, penarikan pasukan Amerika di Irak pada awal Desember 2011 menjadi petaka besar kepada agama minoritas, sebab Amerika Serikat kini tidak mempunyai cara untuk menekan pemerintah Irak dalam melindungi mereka.

Sedang laporan tahunan dari kebebasan beragama di Irak, dikatakannya "kekerasan terhadap kebebasan beragama yang teratur, berkelanjutan dan semakin buruk," yang bagi beberapa pengamat ini adalah bentuk pemusnahan etnis.

Pada tahun 2003, ada sekitar 1.4 juta umat Kristen, mereka berasal gereja-gereja pribumi antara lain Gereja Katolik Kaldean, Gereja Orthodox Assiria, Gereja Timur (Gereja Assiria), Gereja Orthodox Syiria, Gereja Katolik Armenia dan Gereja Orthodox Armenia, serta dari Gereja Lutheran, Gereja Reformasi, Gereja Pentakostal dan Gereja Injili.

Kini tersisa 500.000 umat Kristen yang bertahan di Irak, berada di daerah pengucilan dan dipantau oleh kelompok intoleran.

Dibatasi Afghanistan
Di Afghanistan, kondisi kebebasan beribadah dan beragama bagi umat Kristen sangatlah susah mengingat pengaruh rezim Taliban yang menutupi kebebasan beragama sejak 2001.

Buktinya sejak Maret 2010, sudah tidak ada gedung gereja lagi di Afghanistan. Menurut data tahunan, tempat ibadah umat Kristen di Afghanistan hanyalah di kedutaan militer Amerika dan Inggris yang pada Desember 2011 ini telah keluar dari negara itu. Akibatnya, 8000 umat Kristen di negara itu lebih memilih menyembunyikan identitas agama mereka daripada mati dirajam para anti-Kristen.

Dikatakan Leo, sedangkan pemerintah Afganistan kini sedang membuat undang-undang baru yang juga melindungi kebebasan beragama di negara itu, namun beberapa pengamat menyatakan hal ini akan memakan proses yang lama dan panjang.

Kedok Mesir
Selain di Irak dan Afghanistan, Leonard Leo juga menyinggung kondisi Mesir yang dianggap berpotensi alami kepunahan.
Berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi dari kelompok anti-Kristen akan bertambah dan digiatkan. Alhasil 93.000 umat Kristen Koptik dan beberapa gereja Protestan mengungsi ke Eropa sejak Maret 2011.

"Hal ini berarti telah meluluskan tujuan utama kelompok Muslim radikal, negara ini akan alami hal yang sama dengan Irak dan Afghanistan" kata Leo, menyimpulkan.

Ditegaskan pula olehnya, usaha kelompok radikal Islam menggandeng umat Kristen di Mesir, seperti megamankan ibadah Natal dan perayaan ibadah lainnya hanyalah kedok semata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan mereka yang ingin menguasai Mesir secara utuh, bukannya menjalankan negara itu berazaskan demokrasi yang diserukan para pemuda yang berunjuk rasa di lapangan Tahrir, awal tahun lalu.

Beberapa aturan kepada umat Kristen yang diberlakukan pada masa rezim Mubarak, sepertinya akan diperkuat, misalnya, pelarangan pendirian gedung gereja dan pelarangan pelaksanaan ibadah di daerah non-Kristen.

USCIRF juga menyebutkan, beberapa umat Kristen di negara mayoritas Islam nampaknya akan mengalami hal yang sama, termasuk Iran, Arab Saudi, Turki dan Pakistan.(CNSNews/CP/CNN/TimPPGI)