Sunday, 15 January 2012

Sunday, January 15, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Walikota Bogor dan Ormas Intoleran Dibalik Penghadangan Ibadah Minggu GKI Yasmin.
JAKARTA - Masalah GKI Yasmin yang seolah dibiarkan berlarut-larut dan oleh negara terindikasi dimainkan oleh oknum-oknum tertentu. Oknum-oknum ini membiarkan kelompok-kelompok penipu yang bertopeng 'warga sekitar' menghadang dan mencari celah untuk menganiaya jemaat GKI Yasmin.

'Proyek' penghadangan GKI Yasmin mereka lakukan ini adalah taruhan besar mereka yang jika 'dilepaskan', akan melecehkan dan menumpulkan kemampuan mereka dalam ber'intoleransi'. Sedang aparat dan pemerintah sekitar yang 'malu-malu kucing' mendukung aksi kebencian mereka nampak dengan santainya menonton aksi terkutuk mereka.

Pada Minggu (15/01/2012), Jemaat yang sudah diakui negara ini kembali batal melaksanakan ibadah Minggu mereka, baik di trotoar maupun dekat gedung gereja mereka.

Sedang kelompok intoleran yang lebih awal datang ke kompleks Taman Yasmin, dengan leluasa melakukan aksi mereka. Lebih ganas dari sebelumnya, mereka menghujat dan mencaci penuh kebencian jemaat yang mereka lihat. Anehnya, aparat yang membuat barikade manusia antara para intoleran dan jemaat tersebut hanya membiarkan mereka para intoleran mengucapkan kata-kata kotor penuh provokasi, tanpa ada tindakan apa-apa.

Menghindari tekanan kebencian intoleran, jemaat yang hadir memutuskan untuk mengadakan ibadah mereka di rumah salah satu warga Jemaat di kompleks Taman Yasmin yang jauh dari kelompok intoleran tersebut.

Pembelokkan isu
Eva Kusuma Sundari, salah satu anggota DPR yang dihadang dan diusir intoleran saat akan menghadiri ibadah, menengarahi walikota Bogor berada dibalik aksi penghadangan setiap Minggu kelompok intoleran itu.

Menurutnya, Indikasinya dapat dilihat dari lemahnya ketegasan yang diambil pemkot dan aparat keamanan dalam menindak tegas kelompok intoleran yang semakin liar dan provokatif.

"Pasti, ngga mungkin mereka sendiri, sendiri. Bahasanya sama, orangnya sama, pasti perkumpulannya juga sama," kata Eva kepada KBR68H, saat ditanya adanya indikasi massa yang digerakkan walikota.

"Ini kan modus operandi, tapi polisi selalu menjaga pada saat hari H, sebelumnya misalnya, saat ada pertemuan, ada mobilisasi kebencian termasuk penyesatan fakta hukum, [tapi] polisi tidak melakukan pencegahan," tambahnya.

Tuduhan kuat Eva Kusuma ini bukan tanpa bukti, usaha-usaha nyata intoleran untuk membelokkan fakta GKI Yasmin sebenarnya dengan menciptakan isu tanda-tangan palsu dan warga jemaat yang dikabarkan berasal dari luar kompleks Yasmin, diamini secara mutlak oleh media-media utama negeri ini.

Sehingga, tuduhan palsu penuh iri hati tersebut dianggap sebagai fakta, yang sayangnya, hingga kini isu-isu tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya. (KBR68H/TimPPGI)