Saturday, 7 January 2012

Saturday, January 07, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca 'Pelayan Setan' Ledakkan Bom di Kapel Hati Suci Asturias, Filipina Selatan.
MANILA (FILIPINA) — Bukan saja di Nigeria, tekanan intoleransi dari kristenphobia yang kian angkuh tertuang lewat aksi penyerangan mereka dengan meledakkan gedung gereja. Hal yang sama juga dialami Umat Kristen di Filipina, tepatnya di Asturias, Pulau Jolo, Wilayah Otonomi Muslim Mindano.

Sebelas orang terluka akibat ledakkan bom yang terjadi pada misa Natal (25/12/2011) di kapel Hati Suci Asturias, Pulau Jolo.

Para pejabat militer belum mengumumkan tersangka peledakan, namun Jolo dikenal sebagai kubu kelompok Abu Sayyaf yang memiliki hubungan dengan jaringan teroris antar negara Al Qaida, yang paling gencar menghancurkan gereja yang konyolnya mereka anggap sebagai representasi negara Barat.

"Ledakan terjadi pada pukul 07.15 pagi hari ketika sedang berlangsung misa Natal. Enam orang mengalami luka ringan," kata juru bicara militer Letnan Randolph Cabangbang.

Ia menambahkan pendeta yang menyelenggarakan misa termasuk di antara korban.

Polisi saat ini mengadakan penyelidikan di lokasi kejadian untuk mencari petunjuk yang bisa mengarah ke pelaku ledakan.

Kelompok 'pelayan setan'
Para Tokoh agama dari Islam dan Kristen di Filipina saat konfrensi persnya di Manila (26/12/2011), menyatakan peristiwa ini sebagai tindakan barbar yang menodai kerukunan beragama di negara itu dan harus dikutuk.

Seorang ulama Islam menyebut mereka sebagai "pelayan setan" sebab apa yang mereka lakukan, bukan menebar kebaikan melainkan kejahatan.

Kelompok Abu Sayyaf yang didirikan pada 1990-an dan mendapatkan dana dari jaringan Osama bin Laden menggunakan Jolo sebagai pusat kegiatan.

Mereka diduga berada di balik kasus-kasus penculikan dan pengeboman.

Kelompok ini diyakini telah melakukan beberapa kali serangan teror paling mematikan dalam sejarah Filipina, termasuk pengeboman terhadap kapal penumpang pada 2004 yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Selain itu mereka menculik orang-orang asing dan menyembunyikan korban di hutan-hutan di Jolo dan pulau-pulau lain di selatan.

Dalam upaya menumpas kelompok ini, sejak 2002 pemerintah Filipina mendatangkan pasukan Amerika Serikat untuk memberikan pelatihan kepada tentara Filipina. (manilaBuletin/TimPPGI)