Wednesday 18 January 2012

Wednesday, January 18, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pemimpin Gereja di Suria Sayangkan Sikap Negara Barat yang 'Mengorbankan' Umat Kristen di Timur Tengah demi Politik dan Ekonomi.
DAMASKUS (SURIA) - Demi meraup keuntungan ekonomi dan politik di pada masa Revolusi negara-negara Arab, negara-negara Barat rela mengorbankan umat Kristen di Timur Tengah. Walaupun mereka mengetahui adanya peningkatan radikalisasi Islam di Timur Tengah yang mengakibatkan tingginya penganiayaan terhadap umat Kristen Timur Tengah.

Hal itu dikatakan Pemimpin Gereja Katolik Suria, Patriakh Ignatius Joseph III baru-baru ini.
"Umat Kristen di Timur Tengah putus asa dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang condong kepada politik dan ekonomi," katanya kepada Bikya Masr, pada Jumat (13/01/2012).

Dikaitkan dengann masalah di Suria, seharusnya negara-negara Barat tidak harus mendukung para pengunjuk rasa yang berusaha menggulingkan rezim Presiden Bazhar al-Assad sebagai pemerintahan yang sah. Sebab penggulingan rezim tersebut dapat membuka jalan meningkatnya penganiayaan dan kekerasan terhadap umat Kristen di Suria oleh kelompok radikal maupun kelompok fundamental Islam, tegas Patriakh menguatkan pernyataannya.

"Mereka [negara-negara Barat yang mendukung gerakan pro-demokrasi] seharusnya dapat menyimpulkan bahwa tidak dapat dipungkiri kalau kelompok fanatik Islam akan menguasai negara ini, sesuai dengan keputusan mereka," kata pemimpin Gereja-gereja di Suria ini.

Patriakh juga memberi gambaran tentang nasib umat Kristen di Suria jika rezim al-Assad digulingkan, hal yang ditakutkan, yakni konflik sektarian yang dipicu oleh usaha dominasi kelompok agama, akan terjadi. Hal sama yang dialami umat Kristen di Irak. Setelah kejatuhan Saddam Hussein, jutaan umat Kristen mengungsi dari tingginya penganiayaan beragama yang mereka mereka hadapi. Suria, sebagai salah satu tempat pengungsian mereka ditakutkan akan alami hal yang sama. Demikian juga dengan yang dialami umat Kristen di Mesir, paska runtuhnya kekuasaan Presiden Hosni Mubarak

Dukung Perdamaian Suria
Diakui Patriakh, Gereja Katolik Suria yang merupakan dari Gereja Katolik Ritus Timur, dengan tegas menyatakan dukungan kepada Pemerintahan Bazhar al-Assad dan meminta negara-negara Barat agar mencari cara damai menyelesaikan masalah di Suria.

"Pada bulan Mei, saya akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Perancis, Alain Juppe di Paris, dan saya sadar Perancis dan Uni Eropa punya prasangka dengan rezim al-Assad di Syria. Mereka menyangka ini adalah rezim yang buruk yang membunuh warganya sendiri," katanya saat diwawancarai Deutsche Presse-Agentur (dpa).

Ya, diakuinya. "Disana [Suria] memang terjadi pembunuhan . Tapi tidak seorangpun pernah berbicara tentang ratusan atau ribuan orang yang mati di Irak [setelah invasi AS] atau puluhan hingga ratusan yang mati di Libya, baru-baru ini." ujarnya sembari menyatakan, sebuah dialog antara pemerintah dan para pengunjuk rasa dapat menyelesaikan dan mengakhiri kekerasan yang terjadi.

Senada dengan Patriakh Ignatius, Pemimpin Gereja Orthodox Suria di Antiokhia, Uskup Agung Ignatius Yoseph III Yonan juga menyerukan penyelesaian krisis di Suria dengan cara-cara penuh damai.

"Damai dan akhiri perbedaan diantara semua orang dibawah nama Tuhan dan bangsa," imbau Uskup Agung.

Gereja yang bermarkas di New Jersey, Amerika Serikat ini juga memberikan pernyataan yang menolak berbagai bentuk intervensi dari berbagai kelompok asing, menolak peningkatan sanksi dengan berbagai alasan yang mempengaruhi Suria serta menolak penggunaan kekerasan dalam meredam masalah di Suria.

Beberapa kelompok di Suria yang mayoritas Muslim Sunni, sedang mencari cara untuk menjatuhkan Presiden al-Assad. Kendali besar mereka terhadap usaha penjatuhan ini menjadi masalah besar yang dapat dianggap pembalasan dendam kepada kelompok agama lainnya, seperti Kristen Orthodox, Kristen Katolik , Muslim Shi'a dan Muslim Alawi dan minoritas lainnya, sebab pada pemerintahan al-Assad, mayoritas wakil rakyatnya berasal dari kelompok agama minoritas. (dpa/CP/TimPPGI)