Monday, 2 January 2012

Monday, January 02, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Perayaan Natal di Sendang Waringin Ala Petani di Lereng Gunung Merapi. MAGELANG (JATENG) - besar umat Kristiani biasanya merayakan Hari Raya Natal di gereja. Namun para petani di lereng Gunung Merapi merayakan Natal secara berbeda. Mereka 'natalan' di Sendang Waringin, di dekat Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Prosesi natalan juga tidak seperti lazimnya. Anggota jemaat Gereja Paroki Santa Maria Lourdes, Desa Sumber, Kecamatan Dukun itu menggelar upacara dengan menggunakan bahasa Jawa. Pun demikian dengan pakaian yang mereka kenakan.

Para petani ini memakai caping bambu dengan baju lurik untuk pria dan kebaya untuk wanita. Tak hanya jemaat, romo, dan para mudika juga menggunakan pakaian khas petani. Dekorasi panggung memanfaatkan rerumputan yang banyak tumbuh di lereng gunung.

Sementara untuk penghias digunakan batang pohon padi kering. Alat-alat pertanian seperti cangkul, angkong, garu, dan hewan ternak bahkan ikut dibawa dalam prosesi natal ala desa ini.

Prosesi natal diawali di Sendang Waringin yang dikenal warga sebagai tempat yang wingit atau sakral. Kepala Paroki St Maria Lourdes, Romo Alusius Gonzaga Luhur Pribadi dan Romo Yohanes Maryono memberkati mata air jernih tersebut. Prosesi natal berlangsung hikmad. Hujan deras tidak sedikit pun mengganggu perayaan natal.

Selanjutnya, air yang sudah diberkati itu dimasukkan gentong tanah liat dan dibawa ke lokasi pelaksanaan Misa Natal. Air tersebut digunakan untuk memberkati alat-alat pertanian yang biasa digunakan warga untuk mengolah lahan pertanian. Mayoritas warga Merapi memang berprofesi sebagai petani.

Setelah itu, Romo Alusius Gonzaga Luhur Pribadi dan Romo Yohanes Maryono memberkati hewan-hewan ternak. Lewat pemberkatan ini diharapkan, produksi pertanian seperti sayur mayur akan meningkat dan hewan ternak akan beranak pinak.

Sejumlah jamaat juga mendapatkan percikan air berkah dari sendang yang ditemukan pada tahun 1970-an itu. ”Manusia diberi air oleh Allah untuk kehidupan, maka sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga kelesatarian air ini. Kita tahu sendang ini memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup,” ujar Romo Alusius Gonzaga Luhur Pribadi.

Menurut Romo Alusius Gonzaga Luhur Prihadi air adalah sumber kehidupan terpenting bagi seorang petani dan bahkan alam semesta. Tanpa adanya air, petani tidak akan bisa menggarap lahannya sehingga mereka akan hidup sengsara.

Karena itu, kata dia, perayaan natal 2011 ini memilih tema "Suket Godong, Kayu, Kruma Dadi Bolo." Tema ini mengandung arti rumput, daun, kayu dan segala penyakit yang ada di dalamnya bisa menjadi teman. (Suara Merdeka)