Thursday, 16 February 2012

Thursday, February 16, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Dies Natalis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ke 62. JAKARTA - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) adalah organisasi kegerakan, kemahasiswaan, kekristenan dan keindonesiaan. Berdiri sejak 9 Februari 1950 oleh Dr. Johannes Leimena. Kamis, 9 Februari 2012 lalu GMKI mengelar Dies Natalis ke-62.

Bertempat di gereja HKBP Rawamangun, Jalan Balai Pustaka, Jakarta Timur. Ratusan orang berkumpul dari senior, anggota dan simpatisan GMKI. Tetapi, ada yang berbeda pada Dies Natalis kali ini, karena hadir juga berbagai pengurus Perkumpulan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia. Saat ini diketua Rekson Silaban.

Hadir antara lain para sesepuh dari mantan anggota-anggota GMKI diantaranya; Sabam Sirait (Fungsionaris PDI Perjuangan), pendeta emeritus DR SAE Nababan (Ketua Gereja-Gereja Lutheran se-Dunia), Cornelius Ronowijoyo, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI). Selain itu, juga hadir mantan Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia, Sahat Sinaga (Sekretaris Jenderal Partai Damai Sejahtera).

Dies Natalis ini dimulai dengan kebaktian, dilanjutkan sambutan-sambutan. Pada sambutannya SAE Nababan menghimbau agar gerakan ini kembali pada semangatnya. “Dulu GMKI, terasa kehadirannya di tengah-tengah gereja, kalau sekarang kita bisa nilai sendiri. Kita kurang on time, dan berbagai hal kekurangan yang membelut kita. Saya miris melihat hal ini, untuk itu, GMKI harus punya semangat baru,” ujar mantan ephorus HKBP, ini.

Sementara itu, Rekson Silaban menghimbau agar agar GMKI tidak lagi bangga dengan kondisi yang ada. “Dulu kalau kita melihat ada pejabat dari Kristen itu tentunya dari aktivis GMKI. GMKI dulu adalah persamaian, pengkaderan pemimpin Kristen, sekarang kita menjawab sendiri. Maka, sudah waktunya kita punya jaringan internasional. Bagaimana memiliki jaringan internasional, tentu harus melek teknologi, mengerti bahasa Inggris. Bagaimana kita bisa terkoneksi pada globalisasi kalau kita sendiri tidak siap akan hal ini,” kata Rekson.

Menjawab hal itu, Jhony Rahmat, Ketua Umum GMKI (periode 2010-2012) mengatakan, dalam kesadaran yang sungguh inilah GMKI mengajak kita semua pro aktif. “Kehadiran GMKI sejak sejarah kehadirannya tidak dapat dipahami secara parsial dengan tugas dan panggilan profetiknya kapan dan di mana saja GMKI berada. Tentu dalam mengapai cita-cita itu, kita sadari bukanlah hal muda, perlu kerja keras. Tetapi bukan tidak bisa dicapai,” ujarnya.

Selama ini, GMKI dirasa tidak banyak berkontribusi karena kesulitan keuangan. Menjawab itu, Rekson dengan timnya berencana akan membuat satu dorangan pada GMKI dengan mengumpulkan Rp100 ribu rupiah setiap bulan, oleh para senior.

“Saya kira, kita jangan terlalu banyak menyalahkan kepenguruasan sekarang. Bagaimana mereka bisa bergerak kalau mereka tidak punya uang. Kalau dana sudah kita berikan, tetapi tetap mereka tidak berbuat apa-apa baru kita mengkritik,” ujarnya. (Reformata)