Wednesday, 8 February 2012

Wednesday, February 08, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Baitlehem, Hutumuri gelar Sidang Jemaat XXXII. AMBON (MALUKU) - Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Hutumuri, Minggu (05/02/2012), menggelar persidangan Jemaat XXXII. Persidangan tersebut dipusatkan di Gedung Gereja Baitlehem dan berlangsung di bawah sorotan tema ‘Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang’ dan sub tema ‘Menjadi Gereja Yang Dibaharui Untuk Mewujudkan Kebersamaan Dengan Sesama dan Alam Semesta Ciptaan Tuhan Dalam Konteks Pelayanan di Indonesia dan Dunia’.

Pembukaan sidang jemaat GPM Klasis Pulau Ambon XXXII ini digelar dalam ibadah minggu yang dipimpin langsung oleh anggota Majelis Klasis Pulau Ambon, Pendeta M Sekawael.

Ketua Mejelis Jemaat GPM Hutumuri, Pendeta L Pulu­mahuni dalam arahanya me­nga­­takan, persidangan jema­at merupakan forum peng­ambilan keputusan yang paling terti­nggi di tingkat jemaat dengan tujuan untuk meng­evaluasi seluruh kerja pelaya­nan di tahun lalu serta menyatukan visi bersama dalam menetapkan program pelayanan di tahun 2012 serta menetapkan ang­garan tahun 2012.

“Sesuai dengan tata gereja GPM pasal 22 jo Peraturan tingkat jemaat pasal 14 ten­tang perlakuan Rencana Stra­tegi (Renstra) di jemaat-jemaat, namun di sadari sungguh jika sampai saat ini masih ada je­maat-jemaat yang belum bisa membentuk tim renstra di da­lam jemaatnya,” ungkapnya.

Kendati demikian, dirinya bersyukur di bulan Desember 2011 lalu, pihaknya telah membentuk tim renstra sesuai dengan SK Majelis Jemaat GPM Hutumuri sehingga bisa berproses hingga pelaksanaan sidang jemaat XXXII di saat ini.

Sementara itu, anggota Majelis Pekerja Klasis Pulau Ambon, Pendeta M Sekawael dalam refleksi firman yang terambil dari Roma 14 : 13-23 mengatakan, berbicara menge­nai kerajaan Allah bukan soal makan dan minum, tapi soal kehidupan yang diinginkan atau dikehendaki oleh Allah.

“Hal ini penting soal kehi­dupan yang dikehendaki oleh Allah, salah satunya adalah tidak sombong dan tidak mem­fitnah sebab orang yang som­bong keji di mata Tuhan bah­kan Allah mem­benci terhadap sikap sombong tersebut,” ujar­nya.

Menurutnya, celaan Yesus kepada sikap sombong men­jadi inspirasi bagi Paulus un­tuk menekankan cara pandang kehidupan manusia dewasa ini, khususnya kehidupan orang-orang yang hidup dalam ber­kelompok yang saling mem­benci, memfitnah bahkan menjadi batu sandungan.

“Kehidupan berkelompok ini sering kali terjadi dalam kehidupan pelayanan dan berjemaat, karena sampai saat ini masih banyak orang yang mengklaim dirinya rajin ber­ibadah, saleh namun sering kali kesalehan tersebut men­jadi batu sandungan bagi orang lain,” cetusnya.

Oleh sebab itu, tambah dia, sidang jemaat XXXII yang dilaksanakan saat ini dapat terlaksana dalam kehendak Tuhan, jangan saling mengha­kimi tetapi sidang jemaat me­rupakan sarana untuk pengam­bilan keputusan untuk peng­em­bangan pelayanan di dalam jemaat ini ke depan. (Siwalima)