Saturday, 25 February 2012

Saturday, February 25, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Konvensi Pendeta dan Persidangan Tahunan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) se Indonesia tahun 2012.
MEDAN (SUMUT) - Dua agenda besar dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) tengah dan akan berlangsung di Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional (HDTI) di Jalan Imam Bonjol No 17, Medan. Acara pertama yakni, konvensi para pendeta GPIB se Indonesia yang dimulai pada Selasa, (21/02/2012) hingga Kamis (23/02/2012) dan Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB dari 23-25 Februari mendatang.

Menurut Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt Adriaan Pitoy, yang ditemui di Convention Hall HDTI Selasa (21/02/2012) siang, setelah ibadah pembukaan konvensi sekitar pukul 13.00 WIB, agenda pertemuan hari pertama diisi laporan ketua umum panitia dan majelis sinode. Setelah itu akan ada pertemuan dua sesi, membahas Arahan Strategis, Teologis tentang tema oleh majelis sinode dan Spiritualitas Melayani.

Ditambahkan Ketua I Majelis Sinode (MS) GPIB, Pdt M Tetelepta, kegiatan ini mengambil tema: Kepemimpinan yang Membangun Masyarakat. “Berangkat dari tema, pemimpin dan jemaat terbeban dan berkoordinasi menemukan cara mengayomi dan membangun masyarakat Indonesia 2013,” papar pendeta berdarah Ambon ini saat ditemui di sela-sela registrasi peserta di lobbi HDTI.

Sedangkan agenda persidangan Sinode Tahunan GPIB 2012 diantaranya untuk mengevaluasi pelaksanaan program 2011-2012 dan penyusunan program kerja anggaran 2012-2013. “Kegiatan ini sekaligus mejadi persiapan pemilihan pemimpin jemaat (penatua-penatua),” ujar M Tetelepta menjelaskan.

Dalam pertemuan kali ini, setidaknya 451 pendeta dari keseluruhan 508 pendeta GPIB diharapkan hadir. Para pendeta ini tersebar dan melayani di 300 jemaat mandiri dan lebih dari 200 pos pelayanan kesaksian (Pelkes) pada 25 provinsi di Indonesia.

Ketua Umum Majelis Sinode (MS) Pdt Markus Frits Manuhutu MTh yang ditemui di sela-sel konvensi menjelaskan, dalam konven dibicarakan masalah yang timbul dalam pelayanan dan dicarikan solusinya.

Dengan demikian, pemimpinan dan jemaat diharapkan mampu membangun persekutuan jemaat yang menjadi berkat untuk masyarakat sekitarnya. “Ini kita lakukan supaya dalam pelayanan bisa lakukan yang terbaik,” sebut Pdt Markus.

Fokus Kepemimpinan dan Spiritualitas
Sekretaris Umum MS, Pdt Adriaan Pitoy STh MMin mengurai lebih lanjut beberapa materi penting dalam pertemuan tahunan di Medan tahun ini.

Pertama, kepemimpinan dari sisi teologi. Menurutnya, Setiap pemimpin mesti jadi benih dalam kepemimpinan yang dimulai dari keluarga, melebar ke masyarakat sekitar hingga bidang-bidang lainnya.

“Bagi kami, [tugas] sebagai pemimpin, bagaimana memberdayakan masyarakat yang dipimpinsupaya agar bisa berkontribusi untuk masyarakat,” papar Pdt Adriaan.

Kedua adalah masalah spiritualitas. Untuk mencapai kematangan dalam kepemimpinan dari sisi teologi, dibutuhkan kematangan spiritualitas.

“Kami bicara spiritualitas, semangat yang menggerakkan dalam pelayanan gereja dan masyarakat. Semuanya berporos pada Yesus Kristus,” sebut pendeta yang pernah melayani di GPIB Immanuel pada 1986 hingga 1992 ini.

Selanjunya adalah soal etos kerja. “Kita lihat ada masalah dalam kepemimpinan di sekitar kita, di masyarakat Indonesia,” ujarnya lagi.

Diungkapkan unsur pemimpin GPIB itu, penceramah Yansen Sinamo dalam konven kemarin mengutip ucapan Mochtar Lubis tentang suburnya kemunafikan, sloganisme, kemalasan dan lain-lain.
Apakah dalam konven juga membahas politik? “Ya. Ini politik moral yang menekankan nilai-nilai moral yang patut dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi kita tidak bicara soal kepemimpinan nasional. Biarlah jemaat kita yang terjun ke bidang politik yang menyuarakan itu,” sebut Pdt Adriaan.

Menurutnya, hasil konven yang digodok selama dua hari itu akan dibawa sebagai materi yang kemudian dibahas dalam Pertemuan Sinode Tahunan (PST) 2012.

Sejak pembukaan hingga penutupan konven, ratusan peserta yang hadir di Convention Hall tampak antusias mengikuti kegiatan. Sementara, sejumlah petugas keamanan dari pihak gereja, internal hotel dan dari Polresta Medan tampak berjaga. Meski tidak terlihat mencolok, keberadaan petugas keamanan dari kepolisian mudah diketahui. Apalagi, di parkiran juga tampak dua unit truk polisi dari Mapolresta Medan.

“Pengunjung yang tidak dilengkapi badge, dilarang masuk, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.,” ujar petugas keamanan. Menurut petugas itu, sejumlah intel juga membantu mengamankan lokasi. (Harian Sumut Pos)