Thursday, 9 February 2012

Thursday, February 09, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Korban Pelecehan Seksual Harapkan Konferensi Vatikan Jadi Perubahan bagi Gereja Katolik.
VATICAN - Marie Collins, yang diabaikan hirarki Gereja Katolik selama puluhan tahun setelah diperkosa seorang imam, Selasa (07/02/2012) ini, berbicara pada sebuah pertemuan puncak Vatikan yang ia harap akan menandai titik balik Gereja.

"Simposium ini sangat penting. Ini tampaknya sebuah waktu bagi perubahan, sebuah perubahan sikap Gereja," kata Collins kepada AFP dalam sebuah wawancara sebelum hadir di depan sejumlah kardinal dan uskup di Roma.

Collins, kini menjadi orang terkemuka dalam mendorong keadilan bagi para korban pelecehan di Irlandia dan yang menyerukan kepada kepemimpinan Gereja Katolik untuk mengambil tanggung jawab atas upaya sistematis menutup-nutupi para pelaku pelecehan, merupakan satu-satu korban yang ambil bagian dalam pertemuan itu.

"Saya tahu akan ada sejumlah orang yang berpikir, ini mungkin sebuah latihan PR (public relation) tapi harapan saya adalah bahwa ini menjadi titik balik yang penting dan merupakan indikasi penting bagaimana Gereja akan bertindak di masa depan," kata Collins.

Perempuan 64 tahun itu mengatakan, dia mengharapkan pertemuan yang belum ada presedennya itu yang diselenggarakan Universitas Gregoriana Vatikan akan "meningkatkan pemahaman tentang bagaimana pelecehan mempengaruhi seorang korban dan bagaimana kesalahan penanganan juga dapat mempengaruhi korban. "Setiap peningkatan pemahaman harus bisa membantu orang yang berurusan dengan pelecehan saat ini dan di masa depan. Pengetahuan adalah perlindungan," katanya. "Semakin banyak informasi yang tersedia, lebih banyak pula bantuan yang tersedia bagi kepemimpinan Gereja dalam menangani hal ini," tambahnya.

Paus Benediktus XVI hari Senin menyerukan kepada peserta konferensi soal pentingnya sebuah "pembaharuan yang mendalam" di setiap tingkat Gereja untuk mencegah pelecehan, serta "sebuah semangat budaya yang menjaga secara efektif dan mendukung korban."

Konferensi itu juga akan menyaksikan peluncuran sebuah Pusat Perlindungan Anak yang berbasis di Jerman untuk membantu menginformasikan kepada rohaniwan Katolik di seluruh dunia tentang praktek terbaik dalam mencegah pedofilia dan untuk membantu para korban pelecehan.

Namun kelompok-kelompok korban seperti Jaringan Korban yang Dilecehkan Para Imam (SNAP) yang berbasis di AS dan kelompok Italia, La Caramella Buona, telah menolak konferensi itu yang dinilasi sebagai propaganda Gereja.

Collins, yang dilecehkan pada usia 13 tahun dan telah berkonflik dengan Gereja sejak itu, mengatakan, dia juga merasa berat ketika memutuskan apakah ambil bagian atau tidak dalam konferensi itu. Namun ia memutuskan, potensi keuntungan dari konferensi terlalu penting untuk diabaikan. Dia mengatakan, sebuah penitensi khusus gereja pada hari Selasa di mana para pemimpin Gereja Katolik akan memohon pengampunan sangat signifikan. Namun dia menekankan, kejahatan masa lalu tidak boleh dilupakan.

"Kita memiliki orang-orang baik yang membuat keputusan yang salah karena alasan yang salah. Hasilnya adalah bahwa para pelaku dibiarkan bebas untuk melecehkan pada saat mereka seharusnya tidak melakukan itu. Kita perlu akuntabilitas untuk hal itu tetapi kita juga perlu untuk maju. Ini tidak berarti bahwa semuanya baik-baik saja. Masih ada banyak orang yang sangat sakit hati dan sangat marah tapi kita harus memikirkan anak-anak sekarang yang perlu dilindungi di masa depan," katanya.

"Kita tidak bisa kembali (ke masa lalu) dan menyelamatkan anak-anak yang telah dilecehkan. Ini bukan akhir. Ini awal dari sesuatu, sebuah langkah ke arah yang benar." (Kompas)