Foto seorang wanita yang berduka diatas kuburan massal umat Kristen yang dibantai di Bosnia-Herzegovina selama perang 1993-1995 |
Seperti diberitakan EWTN, situs berita Kristen Katolik terkemukan di Semenanjung Balkan, Uskup Agung Sarajevo, Kardinal Vinko Puljic menyatakan pemerintah bukannya bersikap menetang aksi radikalisme agama tetapi malah mendukungnya, ini karena mereka didanai oleh kelompok radikal islam ini.
"Tidak seorangpun dalam pemerinta yang berani melakukan sesuatu yang menghalangi perkembangan ini," ujar Kardinal Puljic saat mengunjungi markas Aid to the Church in Need di Konigsberg, Jerman.
Kardinal Puljic juga membeberkan penyebaran sekte radikal dalam Islam Sunni, Wahabbi yang kian menjalar ke penjuru negara-negara Balkan. Sekitar 3,000 hingga 5,000 orang sekte Wahabbi sudah berada di Bosnia-Herzegovina, tujuan utama mereka adalah mempengaruhi pemerintah.
"Muslim centre dan masjid telah didirikan diberbagai tempat dengan dana talang minyak dari Arab Saudi," ujar Kardinal sembari menyatakan dalam setahun terakhir ini sekitar 70 masjid baru telah didirikan di kota Sarajevo.
Hal ini menurutnya, merupakan bagian dari pengembangan penanaman ide intoleransi dan radikalisasi fundamentalis Islam Arab. Salah satu masjid yang menjadi pusatnya adalah masjid Raja Fahd, sebuah masjid terbesar di Bosnia-Herzegovina.
Diskriminasi Negara
Hal berbeda ungkap Kardinal Puljic, dialami oleh umat Kristen baik Katolik maupun Orthodoks di negara itu.
Sebut saja pembangunan dan renovasi gedung-gedung gereja di Bosnia-Herzegovina, katanya, memakan waktu hingga beberapa bulan hingga tahun, sedangkan bagi masjid, ijin tersebut didapatkan hanya dalam beberapa hari.
Selain itu, benda dan bangunan milik Gereja baik Orthodoks maupun Katolik yang disita pemerintah komunis Yugoslavia, hingga saat ini belum dikembalikan. Sedangkan benda dan gedung milik muslim dikembalikan secepatnya oleh pemerintah.
Pemerintah, kata Kardinal "tidak memiliki niat untuk mengembalikan properti milik Gereja Katolik, sehingga secara tersistem umat Katolik telah dirugikan."
Namun, Kardinal menjelaskan, Gereja Katolik memiliki niat untuk menjalin kerjasama diantara suku dan agama yang berbeda di negara itu.
"Kami adalah minoritas, namun kami adalah kaum pembangun yang ingin berkontribusi dalam menyukseskan kesejahteraan masyarakat." ujarnya.
Umat Kristen di Bosnia-Herzegovina sekitar 41 persen, dengan 31 persen adalah umat Kristen Orthodoks Serbia, sedangkan 10 persennya adalah Katolik, rendahnya jumlah umat Katolik diakibatkan gelombang pengungsian umat Katolik yang diusir dan dibantai selama perang di semenanjung Balkan pada 1992 hingga 1995, dari sekitar 820,000 orang, berkurang menjadi 460,000 orang. (EWTN/CatholicLeaders/TimPPGI)