Sunday 25 March 2012

Sunday, March 25, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mgr John Philip Saklil Ajak Umat di Mimika Bekerja Sama Membangun Daerah.
TIMIKA (PAPUA) - Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil Pr mengajak semua komponen terkait di wilayah itu untuk bekerja sama membangun masyarakat ke arah yang lebih baik.

"Dengan fenomena baru, isu-isu yang baru dewasa ini maka sangat diperlukan kerja sama dengan semua pihak untuk membangun masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat menikmati kesejahteraan yang mereka dambakan selama ini," kata Uskup Saklil di Timika, Rabu (21/03/2012).

Uskup mengharapkan ada suatu gerakan iman bersama seluruh komponen umat beragama di Mimika yang saling terbuka dalam menyikapi berbagai persoalan kemasyarakatan termasuk di bidang sosial, politik, keamanan dan program-program pemberdayaan masyarakat.

"Saya mengajak umat Katolik dan semua umat beragama di Mimika agar terus berdoa dan bersama-sama membangun daerah ini dengan dasar iman," pinta Uskup kelahiran Kampung Umar/Ararau di Distrik Mimika Barat Jauh 52 tahun silam itu.

Menurut dia, segala persoalan kemasyarakatan di Mimika tidak semata-mata ditentukan oleh uang, karena uang tidak bisa menentukan segala-galanya.

Pemberdayaan Masyarakat
Uskup Saklil mengatakan Keuskupan Timika melalui Koperasi Maria Bintang Laut dalam beberapa tahun terakhir terlibat serius dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal Suku Kamoro yang bermukim di wilayah pesisir Mimika melalui kegiatan pembelian ikan hasil tangkapan nelayan.

Melalui kegiatan itu, katanya, Keuskupan Timika mendorong masyarakat Suku Kamoro menjadi nelayan profesional sehingga bisa memberikan nilai tambah ekonomi untuk menghidupi keluarga, sekaligus memiliki tabungan untuk masa depan mereka.

Program penimbangan ikan nelayan lokal tersebut belum bisa menjangkau seluruh kampung-kampung di wilayah pesisir Mimika dari Potowayburu di Distrik Mimika Barat Jauh hingga Jita dan Agimuga di wilayah timur karena fasilitas yang terbatas dan biaya produksi yang sangat mahal.

Uskup Saklil mengakui, program tersebut tidak bisa berjalan jika dikalkulasikan dari aspek bisnis karena biaya operasional jauh lebih tinggi dari pendapatan yang diterima.

"Saya mengajak semua mitra untuk melihat bagaimana dari sisi pemberdayaan masyarakat agar produksi ikan mereka bisa menjadi sumber pendapatan keluarga," tuturnya.

Selama ini, katanya, produksi ikan hasil tangkapan nelayan Suku Kamoro yang ditampung KMBL Keuskupan Timika mencapai 100 ton per tahun. Ikan hasil tangkapan nelayan lokal itu disuplai ke PT Pangansari Utama yang merupakan perusahaan penyedia jasa katering bagi ribuan karyawan yang bekerja di areal tambang PT Freeport Indonesia dan beberapa mitra lainnya seperti Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan lainnya.

Meski dari prospek pasar sangat menjanjikan, namun KMBL Keuskupan Timika belum mampu memenuhi permintaan suplai ikan dari berbagai mitra karena berbagai keterbatasan terutama sarana produksi dan biaya bahan bakar yang sangat mahal.

Pada Selasa (20/03/2012), KMBL Keuskupan Timika mendapat penyerahan fasilitas pengolahan ikan yang seluruhnya dibangun oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) untuk menampung ikan-ikan hasil tangkapan nelayan lokal.

Fasilitas bernilai lebih dari Rp1,4 miliar itu dibangun di kompleks Rumah Transit Keuskupan Timika, Jalan Cenderawasih, Timika Jaya-SP2. (Antara)