Wednesday, 18 April 2012

Wednesday, April 18, 2012
2
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Memalukan! Arab Saudi, Negara Lahirnya 'Kedamaian?' yang Penuh Intoleransi. WASHINGTON DC (AS) - Ketika baru-baru ini Amerika Serikat mencoba menjalin hubungan dengan Arab Saudi, banyak organisasi pemantau hak dasar beribadah dan beragama termasuk dari Kristen dan Yahudi bertanya-tanya, apakah pemerintahan Presiden Barack Obama dan negara-negara barat dapat mengambil langkah penting yang mendesak negara Islam ini agar memperbolehkan kebebasan beribadah di negara itu?. Sayangnya jawabannya adalah: tidak dapat.

Sudah menjadi rahasia umum jika negara tempat lahir dan matinya Muhammad, nabi utama dalam agama Islam ini telah melarang pendirian gedung gereja dan berbagai gedung ibadah agama lainnya selain masjid dari sekte Sunni.

Pelarangan ini diperkuat dengan fatwa intoleran, konyol dan memalukan yang dikeluarkan oleh Mufti Agung Arab Saudi, pemimpin tertinggi dalam pemberi aturan-aturan Syariat Islam yang harus dipatuhi dan diikuti oleh para muslim di Arab Saudi.

Syeikh Sheik Abdul Aziz bin Abdullah pada 12 Maret 2012 menyerukan adalah hal yang perlu jika muslim di semenanjung Arab menghancurkan gereja-gereja yang ada diwilayah itu.

Sayangnya, fatwa yang dinilai memalukan bagi para muslim 'moderat' yang konon menyatakan diri sebagai tonggak perdamaian di dunia ini seolah diabaikan dan disepelekan oleh para pemimpin dunia. Tidak seorangpun pemimpin negara mengutuk fatwa itu, yang ada hanyalah pemimpin gereja-gereja Eropa yang dengan tegas mengutuk fatwa bodoh itu.

Coba Bayangkan?
Lalu bagaimana jika Paus Benediktus XVI yang diberitakan menyerukan penghancuran masjid di Eropa.

Atau "Bayangkan jika Pat Robertson menyerukan penghancuran masjid di Amerika," tanya Cliff May, presiden Yayasan Mempertahankan Demokrasi (FDD) di Amerika, dalam tulisannya di Townhall.
Barang tentu bencana dashyat akan melanda umat Kristen di Afrika dan Asia terutama di Timur Tengah.

Para anti Kristen ini akan semakin menggila dan semakin memperkuat alasan untuk melegalkan pembantaian umat Kristen di wilayah-wilayah tersebut (termasuk Indonesia). Dan tentu saja negara-negara di seluruh dunia kembali akan menyalahkan gereja.

Sebab media massa internasional dan negara-negara di dunia akan memilih menyalahkan pernyataan Paus Benediktus atau Pat Robertson dari pada aksi terkutuk para pelaku pembantaian dan pengusiran umat Kristen serta peledakkan dan penghancuran gedung gereja yang hingga kini masih berlangsung.

Namun ketika para pemimpin agama 'bulan dan bintang' ini dengan nyata menyerukan penghancuran gereja di Semenanjung Arab. Yang ada hanyalah kesunyian. Tidak seorang pemimpin negara pun yang memiliki nyali, mengutuk kebodohan mematikan dari pemimpin Islam itu.

Sebab pada dasarnya mereka takut dicap 'Islamophobia' yang sengaja diciptakan untuk melancarkan dan meluluskan impian Islamisasi di Eropa dan Amerika. (Townhall/WashingtonTimes/TimPPGI)