Tuesday, 3 April 2012

Tuesday, April 03, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Perayaan Minggu Palma di Gereja Hati Tersuci Maria Katedral Manado.
MANADO (SULUT) - Pekan sengsara Yesus Kristus dirayakan khidmat di Gereja Hati Tersuci Maria Katedral Manado, Minggu (01/04/2012).

Perayaan Minggu Palma diawali dengan perarakan yang dimulai dari Lapangan Basket Megamas mulai pukul 17.00-17.45 Wita menuju gereja.

Pastur Wens Mawitjere memimpin misa sekaligus perarakan yang diikuti ratusan umat Katolik.

Tua maupun muda mengikuti perarakan dengan melambai-lambaikan daun palma sepanjang jalan sambil menyanyikan lagu Hosanna.

Meski perarakan diikuti ratusan orang, suasana hari Minggu dengan arus kendaraan yang lengang pada sore hari tak menyebabkan kemacetan.

Bima Baransa (33) warga Komo Dalam meski tak mengikuti perarakan namun sudah menyiapkan daun palma terbaik.

Daun palma yang tumbuh di halaman rumah kontrakan dipilih daun yang mulus dan kecil. Ia ke gereja bersama istri dan anaknya yang juga menyiapkan daun terbaik.

"Untuk menyambut Yesus harus daun terbaik, jangan hanya mengandalkan daun yang disediakan dari gereja," ujarnya.

Robert Rimas seorang petugas gereja yang ikut dalam persiapan misa mengaku sebelumnya gereja akan menyiapkan sekitar 5 ribu daun palma.

"Mungkin hanya sekitar 3 ribu yang bisa disediakan, daun diambil dari Minahasa," ujarnya.

Umat di Paroki Katedral Manado menurutnya memang banyak sekali sehingga banyak pula yang tak kebagian daun palma dari gereja.

"Misa pagi saja banyak yang tak mendapat daun palma, bila mengandalkan stok dari sini memang kurang," jelasnya.

Daun palma memang menjadi bagian yang terpenting dalam perayaan Minggu Palma. Melalui tradisi Kristen perayaan ini mengenang peristiwa Yesus dielu-elukan saat masuk kota suci Yerusalem sekitar dua ribu tahun silam dan daun palma dilambai-lambaikan untuk menyambut kedatangan Yesus.

Di Gereja Katedral bukan hanya perarakan, bacaan Injil yang biasanya dibacakan oleh pastur kali ini dilakukan oleh beberapa petugas gereja yang melagukan kisah awal sengsara Yesus.

Pastur Wens Mawitjere dalam kotbahnya mengatakan, kenapa dalam perayaan Minggu Palma diawali mengangkat daun palma setelah masuk diperdengarkan kesengsaraan Tuhan?

Menurutnya hal ini merupakan tradisi dan menggambarkan tentang hidup manusia, penderitaan masih menjadi bagian dari misteri.

"Salah satu konsekuensi Tuhan berani menjadi manusia adalah penderitaan. Hakikat manusia adalah penderitaan akibat dosa pertama," jelasnya.

Diperlukan sikap taat sampai mati rela memanggul salib secara tuntas dan tulus agar memperoleh kebangkitan. Yesus rela berkorban untuk menyelamatkan manusia melalui salib

"Lain kali kita bertanya mengapa seperti ini, mengapa saya sakit, ingat konsekuensi ikut Yesus adalah memanggul salib, di dalam penderitaan atau sakit. Penderitaan adalah sinar terang," ujarnya. (Tribun Manado)