BANDA ACEH (ACEH) - Kepala Pembimbing Masyarakat Katolik, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Baron Ferryson Pandiangan kepada Waspada menyatakan ada sekitar 17 gereja yang telah disegel oleh oleh warga sekitar melalui tim yang dibentuk oleh Pemerintah kabupaten Aceh Singkil. “Hingga kemarin sore, total ada 17 gereja yang sudah disegel,” kata Baron pada Senin (07/05/2012).
Menurut Baron, penyegelan gereja menggunakan dalih Surat Keputusan Bersama Dua Menteri tentang Rumah Ibadah; Peraturan Gubernur No 25/2007 tentang Izin Pendirian Rumah Ibadah di Aceh, Qanun Aceh Singkil No 2/2007 tentang Pendirian Rumah Ibadah, dan surat perjanjian bersama antara komunitas Islam dan Kristen dari tiga kecamatan di Aceh Singkil (Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Gunung Meriah, dan Kecamatan Danau Paris) yang diteken pada 11 Oktober 2001.
Surat perjanjian inilah, menurut Baron, yang sebenarnya menjadi pemantik penyegelan gereja. Dalam surat tersebut disepakati komunitas Kristen hanya boleh mendirikan satu gereja dan empat undung-undung (kapel) di Aceh Singkil. Namun yang terjadi, saat ini ada 22 gereja yang berdiri. Namun Baron mengatakan tak jelas siapa yang meneken perjanjian ini.
Baron menduga penyegelan ini juga terkait dengan penguatan isu-isu 'ancaman Kristenisasi' di Aceh Singkil yang dihembuskan saat pemilihak kepala daerah di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sumatera Utara yang mayoritas merupakan umat Kristen. Menurut orang-orang ini, pendirian gedung gereja dapat mengancam akidah Islam mereka.
Dari hasil pencarian TimPPGI, hal itu terkuak dari sebuah dialog antara para muslim yang menentang Kekristenan di Aceh, pada April 2012 lalu. Mereka sepakat untuk menentang penyebaran Injil Kristus di Provinsi yang 'menjalankan aturan khusus' agama mayoritas dengan langkah awal; menutup gedung-gedung gereja yang masuk kategori 'tidak berijin'. Entah apa lagi langkah berikutnya, namun yang pasti mereka tidak akan mampu menutupi dan membatasi Terang Kristus. (TimPPGI)
