"Alkitab mengajar kami, agar tetap beriman kepada Tuhan. Ini adalah kota kami. ini juga adalah rumah kami. Ini adalah tempat kami beribadah, sehingga kami merasa bebas [untuk beribadah]," kata Amako Laraba, seorang ibu dari dua anak, kepada Voice of America saat mengikuti ibadah di Gereja Sidang Allah (AOG) di Kaduna.
Pendeta Emmanuel Daudu, pemimpin Gereja Sidang Allah di Kaduna menuturkan hal yang sama dengan jemaatnya. Selain tidak takut dengan penyerangan para pembenci Kristus, mereka menyatakan selalu waspada dengan apapun yang terjadi dan tidak akan lengah.
"Kami selalu waspada, karena kami tidak tahu apa yang mereka rencanakan terhadap kami, atau terhadap gereja," ujar pendeta Daudu.
Dikabarkan pula, selama beribadah umat di gereja ini tetap bersuka cita dan bersemangat, para anggota jemaat yang hadir menyimak khotbah yang berapi-api tentang perdamaian di Nigeria melalui kasih Kristus, serta mendoakan negara mereka yang digoncang kekerasan.
"Kami merasakannya [ancaman terhadap umat Kristen di Nigeria], mari mencoba apa yang dapat kami lakukan, dan lakukan semampu kami demi memastikan bahwa peningkatan tensi kekerasan yang ada dalam pikiran semua orang menjadi reda dan berkurang," ujar kepala keamanan di Kota Kaduna, Aminu Timothy Babah saat ditemui di halaman gedung Gereja Sidang Allah.
Selama bulan April lalu saja belasan gedung gereja dan ratusan umat Kristen di penjuru Nigeria menjadi sasaran penyerangan kelompok Boko Haram yang memiliki hubungan langsung dengan Islam sekte Salafi dan teroris al-Qaida di Afrika Tengah dan Utara.
Seperti yang terjadi di Universitas Boyero, Kano, sebuah kota di Nigeria bagian utara, puluhan mahasiswa yang sedang mengadakan ibadah Minggu, diberondong oleh dua orang muslim dengan tembakan dan granat. Pada hari yang sama, puluhan jemaat di kota Maiduguri ditembak oleh kelompok Boko Haram yang datang menggunakan sebuah kendaraan yang penuh dengan amunisi. Serangan juga terjadi pada hari Paskah (CP/TimPPGI)
