Tuesday, 1 May 2012

Tuesday, May 01, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Institute for Syriac Christian Studies (ISCS) : Akulturasi Budaya jadi Kunci Penyebaran Injil. SURABAYA (JATIM) - Akulturasi kebudayaan menjadi salah satu kata kunci dalam sarasehan budaya rutin Institute for Syriac Christian Studies (ISCS) di Surabaya (10/04/2012). Agenda rutin ISCS ini seperti biasa menghadirkan Bambang Noorsena sebagai pembahas tema yang diberi titel "Dewa-dewa: Siapa Takut?".

Memulai acara dengan menayangkan cuplikan video pertunjukan wayang kulit oleh Ki Manteb, Bambang Noorsena memulai pembahasannya dengan menjelaskan vitalnya peran wayang kulit sebagai media penyebaran agama Islam. Terbukti dengan berhasilnya Wali Songo menempatkan unsur-unsur keislaman dalam wayang kulit sehingga nilai-nilai tersebut bisa diinternalisasi di masyarakat.

Strategi kebudayaan inilah yang dilihat penggagas ISCS ini kurang terlihat dalam komunitas Kristen yang secara umum dilihatnya masih "alergi" terhadap budaya-budaya lokal. Disebutkannya secara umum sikap ini muncul karena tendensi fanatisme teologis tanpa dasar historis yang jelas akan pemahaman suatu kebudayaan.

Dicontohkannya juga mengenai ucapan happy easter yang dianggap sebagian pihak berasal dari budaya pagan yang tidak seharusnya diucapkan umat Kristen. Tepatnya kata easter ini berasal dari bnama Dewi Isthar, dewi Sumeria Kuno. Bambang menjelaskan bahwa walaupun bunyinya mirip, tapi pemaknaan kata ini yang kemudian diasosiasikan dengan kebudayaan pagan kurang tepat.

Dicontohkannya lagi mengenai budaya menghias telur paskah yang ternyata berasal dari tradisi gereja purba yang memahaminya dari kisah Maria Magdalena yang membuat mukjizat dengan merubah warna telur menjadi merah, sehingga sampai sekarang masih ada ikon Maria Magdalena yang memegang telur berwarna merah.

Di akhir pembahasannya, Bambang Noorsena menekankan sekali lagi pentingnya akulturasi kebudayaan sebagai media pekabaran Injil. Penekanan ini bukan hanya muncul sebagai saran, tapi juga hasil evaluasinya mengenai lemahnya penetrasi umat Kristen di kebudayaan lokal. (TimPPGI)