Sunday, 10 June 2012

Sunday, June 10, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Sri Sultan Hamengku Buwono X : Film 'Soegija' Bukan Saran Kristenisasi, tapi Pengambaran Nasionalisme umat Katolik.
YOGYAKARTA - Kamis (07/06/2012) lalu, sesuai jadwal film perjuangan berjudul “Soegija” yang mengangkat tokoh pahlawan nasional Uskup Albertus Soegijapranata SJ, serentak di putar di bioskop seluruh Indonesia.

Tanggapan pro dan kontra pun terjadi dalam merespon film yang digarap oleh Garin Nugroho ini. Salah satunya adalah isu Kristenisasi.

Hal ini dinilai oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang menganggap film “Soegija” bukanlah media Kristenisasi. Namun, penggambaran nasionalisme yang tercermin dari seorang pemimpin umat Katolik itu.

“Jadi, film Soegija bukan seperti yang diisukan. Film yang disutradarai Garin Nugroho itu menggambarkan peran Uskup Soegijopranoto dalam perjuangan bangsa,” katanya usai menerima kunjungan pemain dan produser film Soegija di Yogyakarta, Selasa (05/06/2012) seperti dilansir Jawaban.com.

Sultan juga menambahkan bahwa Uskup Soegijapranata mempunyai catatan sejarah dengan berperan dalam pemindahan keuskupan agung Semarang ke kawasan Bintaran Yogyakarta. Karena kala itu Kota Jogja dijadikan ibu kota Republik Indonesia (RI).

“Uskup Soegijopranoto mempunyai catatan harian hubungan dengan para pejuang republik,” ungkap Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini.

Lebih jauh, Sultan melihat bahwa film Soegija sarat akan integritas kepemimpinan. Selain itu film ini memperlihatkan umat Katolik yang bersatu dan berjuang bersama tokoh lain dalam memperjuangkan kemerdekaan.

“Pada waktu itu seluruh elemen bangsa bersatu, dan bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan. Semua bersatu tanpa memandang agama dan status sosial,” tegasnya.

Sensitivitas keagamaan begitu tinggi di Indonesia. Bahkan film nasionalisme seperti “Soegija” saja diisukan sebagai Kristenisasi. Inilah bukti masih ada beberapa kelompok masyarakat yang harus lebih banyak belajar dan menggali kebersamaan dan toleransi yang terkandung dalam Pancasila. (MI/Jawaban/UCAN-Indonesia)