Friday 1 June 2012

Friday, June 01, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Uskup Timika : Pemuda Menggambarkan Wajah Gereja Saat Ini.
TIMIKA (PAPUA) - Uskup Timika, Papua, Mgr John Philip Saklil Pr mengemukakan pentingnya pembinaan iman kekatolikan di kalangan orang muda mengingat populasi tertinggi di kalangan gereja saat ini diisi oleh orang muda.

"Jumlah umat terbanyak saat ini adalah orang muda dari usia 15 tahun sampai 30 tahun yang ada di setiap paroki. Jadi, boleh dikatakan bahwa wajah orang muda itu menggambarkan wajah gereja dewasa ini dan iman orang muda itu menggambarkan iman umat," kata Uskup Saklil di Timika, Kamis.

Uskup menekankan pentingnya orang muda Katolik di Mimika belajar lebih serius tentang agama dan selanjutnya dalam berfikir, bertindak dan berbuat sesuatu menggambarkan tentang iman yang dianutnya.

"Menjadi Katolik itu bukan merupakan jaminan, karena banyak orang bisa mengatakan bahwa dia merupakan penganut Katolik dari zaman dahulu. Yang menjamin seseorang itu adalah imannya harus tumbuh dalam dirinya dan menggerakkan hidup seseorang sehingga roh Allah menjadi hidup," ujar Uskup kelahiran Kampung Umar, Mimika Barat itu.

Biasa-biasa saja
Uskup Saklil mengaku prihatin dengan kondisi orang muda Katolik dewasa ini yang menghayati agama secara biasa-biasa saja. Dalam perkembangan dunia yang semakin modern dan didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang sangat cepat, katanya, setiap orang bisa memiliki pola pikir, cara hidup dan kebebasannya sendiri-sendiri.

Untuk itu Uskup Saklil meminta para orang tua terus mendampingi putra-putri mereka agar dapat menyalurkan bakat, kreativitas dan mimpi-mimpinya menjadi sesuatu yang positif yang berguna untuk kehidupannya kelak.

"Di saat seseorang tumbuh menjadi orang muda, ada banyak kasus dimana apa yang mereka cita-citakan itu tidak bisa terealisasi karena orang tua tidak mampu ataukah karena orang tua tidak mau perduli. Saat itulah mereka membutuhkan perhatian orang tua. Kalau tidak ada perhatian, dia akan hancur dan pada akhirnya mencari jalan pintas," tutur Uskup Saklil.

Uskup Saklil juga menekankan pentingnya setiap orang dapat memahami adat-istiadat, budaya dan karakter orang lain dari suku, budaya dan adat-istiadat yang berbeda untuk menumbuhkan kehidupan yang harmonis di Mimika.

Dalam praktik, katanya, seseorang masih sulit untuk bisa menerima perbedaan-perbedaan meskipun berdomisili di tengah masyarakat yang majemuk.  (Antara/Kompas)