Thursday, 26 July 2012

Thursday, July 26, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Kampanyekan Hidup Selibat, Gereja Katolik Pasang Baliho Raksasa di Austria.
WINA (AUSTRIA) - Sementara pengangguran meningkat di sebagian besar benua Eropa, kini sebuah organisasi internasional membuat iklan lowongan raksasa (baliho) di Austria bagi para pekerjaan berbaju kerak putih.

Persyaratan-persyaratan: peka terhadap misi keagamaan dan komitmen untuk hidup selibat.

Untuk mengisi kembali jumlah klerus yang terus menurun, keuskupan Katolik Roma dari provinsi terbesar Austria meluncurkan kampanye baliho di seluruh provinsi itu pada Selasa dengan tujuan untuk menjaring para pria untuk menjadi imam.

Panggilan untuk biarawati juga dimasukan dalam kampanye tersebut. Dan poster-poster juga menawarkan kesempatan bagi kaum pria dan wanita awam untuk mengabdikan kehidupan mereka untuk religius Katolik dan pelayanan sosial.

Iklan massal untuk panggilan imamat seperti itu adalah jarang terjadi di mana saja, dan keputusan keuskupan Lower Austria untuk mengadakan program itu menunjukkan kekhawatiran bahwa kini Gereja Katolik di negara ini banyak misinya tidak dapat menjalankan akibat kekuarangan imam.

Austria secara resmi tetap merupakan sebuah negara yang sangat Katolik, dengan lebih dari 64 persen penduduknya menyatakan diri mereka sebagai anggota Gereja Katolik. Tetapi, banyak orang hanya melabelkan diri mereka sebagai Katolik.

Seperti di tempat lain di sebagian besar Eropa, kurangnya umat yang hadir dalam Misa-misa di Wina dan kota-kota besar lainnya di Austria, jumlah umat Katolik terus menyusut.

Pada saat bersamaan, jumlah imam telah menurun tajam mencapai 26 persen. Di St Poelten, ibukota provinsi Lower Austria itu, sebanyak 244 imam yang melayani kebutuhan umat beriman di 423 paroki. Sebagian besar imam berusia lebih dari 60 tahun, dan imam-imam muda sangat langka.

Peluncuran kampanye baliho pada Selasa, Uskup St. Polten Mgr Klaus Kueng,  menjelaskan kurangnya minat dalam panggilan imamat sebagai sebuah “masalah besar.” Tapi, Lukas Leitner, yang mengembangkan proyek itu, optimis bahwa strateginya akan menghasilkan buah. (Ucan-Indonesia)