Monday 23 July 2012

Monday, July 23, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Umat Kristen di Gaza Berunjuk Rasa Tolak Gencarnya 'Islamisasi ala Cuci-Otak' di Palestina.
KOTA GAZA (PALESTINA) - Puluhan umat Kristen Palestina di Gaza mengadakan sebuah unjuk rasa yang jarang sekali dilakukan mereka di wilayah itu pada Senin (16/07/2012).

Mereka menuntut pemerintahan Hamas, yang menguasai wilayah itu agar membebaskan dua orang jemaat Kristen yang diculik dan dipaksa masuk Islam, sekalipun keduanya dengan terang telah menolak menjadi muslim.

Unjuk rasa yang berani ini menunjukkan betapa umat Kristen di wilayah Palestina mengalami keputus-asaan akibat tekanan intoleransi yang menimpa mereka.

Para pengunjuk rasa yang berkumpul di lapangan dihadapan Gereja kuno Santo Porphirus, Kota Gaza ini membunyikan lonceng gereja  dan berseru, "Dengan jiwa kami, dengan darah kami, kami mengorbankan diri kami untuk Mu, Yesus."

Mereka juga meneriakkan yel-yel, "Kembalikan Ramez!"

Pemimpin Gereja Orthodoks Yunani di Jalur Gaza, Uskup Agung Alexios yang berpatisipasi dalam unjuk rasa itu menyatakan, dalam seminggu saja sekurangnya lima orang Kristen di wilayah itu telah diculik oleh organisasi-organisasi fundamentalis Islam Palestina, mereka dicuci-otak dan dipaksa menjadi muslim.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, Uskup Agung yang berani ini telah bersuara dengan keras sehingga warga Palestina terutama muslim dan penguasa Hamas di Jalur Gaza merasa terancam dan balik mengkritik penuh serapah kepada uskup.

Gereja yang merupakan satu-satunya lembaga Kristen yang diijinkan beribadah dengan legal di wilayah itu juga mengungkapkan semua kasus 'islamisasi' kotor ini diawali dengan penculikan kemudian dilanjutkan dengan upaya pencucian otak melalui penahanan dan pemberian doktrin-doktrin agama Islam secara terus menerus dan berulang-ulang.

Alhasil, umat seperti Ramez al-Amash, pemuda 24 tahun dan Hiba Abu Dawoud seorang ibu 31 tahun bersama tiga anak gadisnya berhasil dicuci otak mereka dan terpaksa menjadi muslim jadi-jadian.

Polisi Gaza, seperti diberitakan Associated Press,  Selasa (17/07/2012) berkilah jika lima orang itu, berada di tangan organisasi muslim karena mereka 'diancam' oleh keluarga mereka. Seolah mengamini pernyataan kelompok-kelompok Islam fundamentalis di daerah itu yang menyatakan "umat Kristen yang masuk Islam merupakan bagian keinginan dari mereka sendiri".

Umat Kristen di Gaza Terancam 'Punah'
Seorang perwakilan keluarga Abu Dawoud yang berorator dalam unjuk rasa itu mengungkapkan kesedihannya, atas ketidak pedulian pemerintah Hamas yang mendiskriminasikan umat Kristen di Gaza.

"Kami hanya mendengarkan suara yang menyuruh kami agar tinggal ditempat dan berhenti bersuara [menuntut keadilan]."

"Jika mereka [pemerintah Hamas dan Palestina] terus saja menutup mata dengan tragedi kami, dalam beberapa bulan kedepan tidak akan ada lagi umat Kristen yang tertinggal di Palestina. Kini hal ini [islamisasi via cuci otak] terjadi di Jalur Gaza, esoknya akan terjadi di Bethlehem," lanjutnya.

Hal yang sama diutarakan Huda al-Amash, ibunda dari Ramez yang menangis di lorong gereja ditemani dengan dua anak gadisnya, Ranin dan Rinad.

"Jika hal ini [islamisasi via cuci otak] tetap seperti ini, tidak akan ada lagi umat Kristen yang tersisa di Gaza. Hari ini menimpa Ramez. Kemudian siapa lagi yang akan menjadi korban berikutnya?"

Umat Kristen yang menetap diantara 1,7 juta muslim di Jalur Gaza, mengalami penurunan yang drastis dari 3,500 sebelum penguasaan Hamas pada 2007 menjadi 1,500 jiwa saja pada publikasi Gereja Orthodoks pada awal 2012 lalu. Namun menurut Gereja, penurunan itu lebih banyak akibat besarnya migrasi umat Kristen ke Israel dan luar Timur Tengah disebabkan terbatasnya pekerjaan dan kentalnya diskriminasi muslim terhadap mereka. Sedangkan seperempatnya akibat pemaksaan menjadi muslim guna memenuhi syarat mendapatkan pekerjaan di Gaza.

Unjuk rasa itu merupakan langkah awal tepat yang dilakukan umat Kristen di negara itu, menurut Gatestone Institute, langkah ini akan menuai perhatian dari komunitas Kristen internasional termasuk para pemimpin di Amerika Serikat yang belum mengetahui bahaya dan masalah sebenarnya yang dihadapi umat Kristen di Palestina, bukan seperti kampanye 'damai' yang ditunjukan para intoleran dengan memanfaatkan Gereja Betlehem sebagai sarana memuaskan nafsu kekuasaan duniawi mereka.

Para pemimpin Kristen di negeri itu mengkhawatirkan serangan balasan para muslim extrimis yang merasa 'terhina' dengan suara berani umat Kristen di Gaza yang mulai bermunculan. Beberapa pemimpin Kristen Gaza pun meminta bantuan kepada Vatikan dan gereja-gereja Kristen di Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. (Gatestone/AP/Haaretz/TimPPGI)