Sunday 19 August 2012

Sunday, August 19, 2012
3
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Alami Penyiksaan Atasnama 'Islam', Ribuan Pengungsi Muslim Iran di Jerman Memilih Mengikut Kristus.
BERLIN (JERMAN) - Selain di Belanda, peristiwa para muslim yang meninggalkan agama lama mereka dan mengikut Yesus Kristus juga terjadi di Jerman.

Diakui oleh Gereja-gereja di Jerman, baik Gereja Pentakosta, Gereja Lutheran, Gereja Injili dan Gereja Baptis dan Gereja Presbyterian, alasan para pemuda Iran ini memilih meninggalkan agama negara asal mereka karena, mereka semua mengalami penganiayaan dan penyiksaan atas nama 'Islam.'

Menurut situs berita Jerman, De Spiegel, pada 15 Mei 2012 lalu, setiap hari Minggu, salah satu jemaat Gereja Tuhan (CoG) di Berlin yang berada di daerah komunitas imigran Timur Tengah mengadakan ibadah pembaptisan kepada warga yang memutuskan mengikut salib Kristus. Kebanyakan dari mereka merupakan warga pengungsi dari Iran bermigrasi ke Jerman pada beberapa tahun yang lalu.

Dilaporkan pula, pada 5 Mei 2012 lalu saja, sekitar 14 orang Iran dibaptis menjadi Kristen. Ibadah pembaptisan dipimpin oleh salah satu gembala wanita gereja tersebut, Pdt Rosemary Gontes.

Pdt Gontes juga mengungkapkan, pernah ada pembaptisan terhadap limapuluh warga Iran. Farid Shad, salah seorang jemaat gereja yang beraliran pentakostal itu mengakui walau ia diam-diam telah menjadi Kristen di Iran, ia sama sekali tidak dapat datang ke gereja sebab ia takut kepada aparat keamanan Iran yang akan menangkap warga ber-KTP Islam yang ketahuan menghadiri ibadah gereja.

"Kami hanya mengadakan pertemuan tertutup di rumah-rumah guna membaca Alkitab atau melaksanakan kewajiban iman kami, kami berkumpul dan beribadah," tuturnya.

Jorgen Shrek, seorang gembala senior Gereja Tuhan di Berlin menuturkan kebahagiaannya menerima warga Iran yang memilih memikul Salib Kristus.

"Sebelum para pemuda Iran datang ke gereja kami, yang ada hanyalah orang-orang tua yang hadir untuk memenuhi ritual keagamaan mereka. Namun suasana berubah ketika para pemuda Kristen ini masuk ke sini," ucap Pdt Shrek.

Warga Iran yang pertama menginjakkan kakinya ke gereja itu adalah seorang penerjemah bahasa Persia, bernama Nadi. Setelah itu, kawan-kawan Nadi mulai mendatangi gereja yang berbahasa Jerman itu, guna mempelajari bahasa negara itu. Kemudian pendeta Rosemary pun mulai membantu para warga Iran ini dalam pengenalan dan pendalaman Yesus Kristus.

Menanggapi tuduhan masuk Kristen demi ijin kewarganegaraan, pendera Rosemary mengungkapkan para pemuda Iran ini bukanlah imigran yang 'kekurangan finansial'. "Mereka semua adalah pemuda yang berpendidikan tinggi, memiliki rumah pribadi dan kehidupan berkecukupan di Iran. [Sehingga] sangat tidak beralasan jika mereka tidak memanfaatkan semua kelebihan yang dimiliki hanya untuk mendapatkan ijin kewarganegaraan."

Pendeta Hans Jorgen Kotsner, seorang pendeta dari Gereja Protestan Jerman di Berlin yang setiap Minggunya mengadakan ibadah dengan dua bahasa, Persia dan Jerman, karena sekitar 1000 warga jemaatnya merupakan warga Iran, menyatakan banyaknya warga Iran yang menjadi Kristen akibat tekanan agama wajib mereka di Iran,  serta tekanan dan kekerasan yang diberlakukan jika mereka diketahui 'melenceng' dari Islam (wanita yg ketahuan membuka jilbab, ketahuan minum dan makan saat puasa [walau sedang sakit], ketahuan berbicara dengan non-muslim, menolong non-muslim yang sedang susah, membaca Alkitab dan literatur Kristen, mendatangi gedung gereja, mengucapkan selamat Natal dan selamat Paskah, dll.)

Pdt Kotsner juga menambahkan hal ini merupakan pesan politik yang dilakukan oleh pemuda Iran. Permintaan diri agar dibaptis mulai meningkat tajam sejak pemilihan umum kontroversial pada 2009 di Iran. Namun demikian, Pdt Kotsner menyatakan ia tidak memaksa warga Iran dan Timur Tengah pada umumnya untuk masuk Kristen, sebab sangat percuma jika hal itu dilakukan dengan terpaksa. Sehingga bersama badan pengurus gereja, ia juga membantu para muslim Iran di Jerman untuk mendapatkan dan menikmati kehidupan yang layak tanpa perlu mengajak mereka masuk gereja. (Spiegel/TimPPGI)