Wednesday, 15 August 2012

Wednesday, August 15, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Bukti Toleransi! Tarian Sufi Singgahi Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya.
SURABAYA (JATIM) - Nyanyian Islami yang diiringi dengan musik dan tarian Sufi, menghangatkan suasana Gereja Katolik Katedral Paroki Hati Kudus Yesus, Surabaya pada akhir pekan lalu. Penyanyi Trie Utami dan Candra Malik menyanyikan lagu berjudul “Syahadat Cinta”, yang berisikan pesan cinta dan perdamaian, serta pentingnya saling menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama dan antar manusia.

Candra, pencipta kidung sufi tersebut, mengungkapkan pentingnya menebarkan benih cinta dan perdamaian untuk menyatukan kembali nusantara yang terpecah belah akibat perselisihan, yang disebabkan kurangnya penghargaan terhadap keberagaman dan kemanusiaan.

“Saya bersama teman-teman membawa kidung sufi ke tempat-tempat ibadah, ke tempat-tempat yang tadinya tidak dihiraukan oleh masyarakat, atau yang tadinya menjadi sumber-sumber yang dianggap sebagai sumber perselisihan, tentang agama dan keyakinan,” ujarnya.

“[Kami] membawa pesan cinta kasih, persaudaraan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap kebebasan beragama. Ini akan menjadi langkah terus menerus untuk kembali menyatukan nusantara dalam cinta kasih dan penghargaan kepada kebebasan beragama, persaudaraan juga.”

Kelompok Candra membawakan tarian sufi, whirling dance (tarian berputar), yang diajarkan dan dibawakan oleh sufi besar Jalalludin Rumi. Tarian tersebut, menurut Candra, melambangkan cinta kasih, kerinduan kepada kedamaian, cinta, persaudaraan.

“Arah berputar melawan jarum jam, itu symbol kembali kepada fitrah, kembali kepada titik berangkat, saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran,” ujarnya.

Pastor Agustinus Tri Budi Utomo, selaku Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya (Wakil Uskup) menyambut baik misi cinta yang dibawa para musisi dan seniman, sebagai upaya untuk menyebarkan benih cinta kepada setiap manusia, demi terwujudnya perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.

“Kunjungan ini berharga bagi saya, ini kunjungan cinta. Kata cinta itu sekarang sudah mengalami devaluasi yang tidak karuan, dan ini cinta yang sebenarnya. Untuk umat Katolik, Allah adalah kasih, cinta. Cinta adalah hakikat Allah, maka ketika ini kunjungan cinta, kunjungan Allah,” ujarnya.

Pastor Tri berharap gerakan cinta ini akan terus menyebar menjadi gerakan damai, yang mampu menampung segala macam hal yang seringkali dianggap sebagai sumber perselisihan dan permusuhan. (VOAIndonesia)