Sebuah surat informasi yang diterima TimPPGI pada 3 Agustus 2012 menyatakan ke 35 warga Kristen ini akhirnya dideportasi kembali ke negara mereka setelah pemerintah Saudi gagal memaksa mereka masuk Islam selama 'pemeriksaan' berlangsung.
ICC juga memberitakan selama proses penahanan berlangsung sejak 15 Desember 2011 lalu, mereka dianiaya, dipukuli, dihina dan ditekan oleh aparat keamanan Saudi. Namun, mereka tetap bertahan. Dan pemerintah Saudi pun 'menyerah' atas kegigihan ke 35 warga Kristen itu mempertahankan iman, sehingga bersama beberapa lembaga Kristen yang berada di Saudi, ICC menemani ke 35 warga Kristen itu pulang ke Addis Ababa.
"Atas Kasih Kristus, kami dapat pulang ke rumah dengan aman. Kami percaya pembebasan ini adalah hasil dari tekanan yang diberikan ICC dan organisasi Kristen lainnya," ucap seorang pemuda yang ikut ditahan, kepada ICC, setibanya di Addis Ababa.
Ia juga menceritakan pengalamannya selama menjadi tahanan di negara yang para pemimpin agamanya berencana akan menghancurkan semua gedung gereja di semenanjung Arab.
"Pemerintah Arab Saudi tidak mentoleransi kehadiran agama lain selain Islam. Mereka menganggap non-muslim sebagai orang tak beriman. [Dan] mereka sangat membenci non-Muslim," imbuhnya.
Ke 35 warga Kristen ini ditahan ketika mereka 'dirazia' sedang mengadakan doa semalaman jelang hari Natal, di rumah pribadi seorang warga, dengan alasan resmi dari pemerintah sebagai pelanggaran hukum 'jenis kelamin berbeda mengadakan kegiatan bersama sama di satu ruangan.'
Sejak diberitakan pada 17 Desember 2012, ICC bersama lembaga Kristen lain dan pemerintah Amerika Serikat mulai menekan pemerintah Arab Saudi dengan mempertanyakan alasan sebenarnya dari penahanan tersebut
Selain itu, bersama komunitas Ethiophia di Washington C.C, ICC mengadakan unjuk rasa dan mengumpulkan petisi menuntut pembebasan para tahanan. Hal ini pun menarik perhatian ratusan anggota Kongres AS, Departemen Dalam Negeri dan Komisi Internasional untuk Kebebasan Beragama.
Mendapat sambutan dan dukungan dari berbagai pihak, ICC bersama pemerintah Amerika Serikat beberapa kali mendatangi kedutaan besar Arab Saudi, selain juga melalui saluran telepon kedubes yang menuntut pembebasan ke 35 warga Kristen itu.
Alhasil, pemerintah Arab Saudi dengan setengah hati membebaskan ke 35 warga Kristen yang teguh itu setelah sebelumnya gagal 'mencuci otak' mereka untuk masuk Islam. Hal ini menurut juru bicara ICC, Jonathan Racho, adalah usaha Arab Saudi membangun citra sebagai agama yang 'menghormati kebebasan beragama', yang sebenarnya adalah sebuah kepura-puraan belaka.
"Pemerintah Arab Saudi sangat jelas ingin menunjukkan segala ketidak setujuan mereka atas kebebasan beragama dengan menahan, menunjukkan perlakuan buruk dan mendeportasi umat Kristen yang mengadakan pertemuan doa.
Pemerintah Saudi, lanjut Racho, "Memperdaya komunitas internasional dengan berpura-pura mempromosikan toleransi diantara pengikut beda keyakinan agama; sementara itu dalam kenyataannya mereka tidak mentoleransi adanya agama lain [di Arab Saudi] selain Islam Wahhabi. [Sehingga] komunitas internasional harus tetap menekan Arab Saudi untuk menghormati kebebasan beragama." (ICC/TimPPGI)