Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mohon Doa! Gereja Persatuan di Kanada (UCC) Serukan Boikot Barang-barang Israel yang Diproduksi di Yudea dan Samaria.
OTTAWA (KANADA) - Sebuah sidang sinode umum Gereja Persatuan di Kanada (United Church of Canada) yang dikuasai oleh jaringan Kristen liberal, dan para pendeta Kristen berpikiran atheis, menyuruh jemaatnya dan pemerintah Kanada ikut memboikot barang-barang Israel yang diproduksi di Yudea dan Samaria (Tepi Barat, Palestina).
Menurut Israel National News pada Minggu, 19 Agustus 2012, organisasi gereja yang pada 2009 lalu memiliki anggota jemaat sekitar 500,000 jiwa ini dianggap terlalu mencampuri kondisi politik yang terjadi di Israel. Bukannya berfokus pada masalah-masalah spiritual jemaat, para oknum politikus yang bersembunyi didalam tubuh gereja malah menggunakan Dewan Umum Gereja sebagai tameng politik yang semakin merugikan kondisi umat Kristen baik di Israel - Palestina maupun di Timur Tengah.
Sebuah rekomendasi yang dibacakan dan diputuskan oleh Dewan Umum Gereja Persatuan di Kanada (UCC) pada sidang sinode ke 41 yang berlangsung di Universitas Charleston, Ottawa, Ontario, Jumat 17 Agustus 2012 lalu, menyimpulkan bahwa 'pendudukan' Israel di wilayah Palestina adalah alasan utama konflik [antara Israel dan negara Arab] terjadi, dan salah satu bentuk menunjukan protes terhadap 'pendudukan' tersebut adalah melalui pemboikotan barang-barang buatan Israel yang diproduksi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur (wilayah Palestina).
"Para anggota gereja harus menghindari semua barang yang diproduksi dari tempat sengketa [Israel-Palestina] ; dengan meminta pemerintah Kanada untuk memastikan semua produk yang diproduksi dari tempat sengketa merupakan produk Israel..."
Ditambahkan, UCC menginginkan pemerintah Israel agar membongkar barikade-barikade keamanan yang dibangun untuk menghalangi serangan teroris, sebab kedamaian antara Israel dan Palestina 'tidak akan' tercapai jika barikade-barikade tersebut masih berdiri. Sekaligus menyerukan kepada Israel agar menghentikan aksi ekspansi, dan meminta Palestina mengakui Israel sebagai negara Yahudi, (sedangkan konflik yang kini terjadi bukan antara Israel -Palestina tetapi Israel - Negara-negara Arab).
"Pendudukan telah melukai baik warga Palestina maupun warga Israel. Pendudukan juga telah dilakukan oleh negara-negara demokratis, diseimbangkan dan didukung oleh pemerintah Barat termasuk Kanada," tulis laporan yang dibuat oleh tim khusus yang dibuat gereja untuk Israel dan Palestina, United Church's Working Group on Israel and Palestine Policy (UCWG-IPP).
Selain rekomendasi terkait usaha pemboikotan produk Israel, ada pula beberapa rekomendasi lainnya yang semuanya merupakan masalah yang tidak memiliki hubungan dengan pengembangan iman Kristen. Dengan total 13 rekomendasi setebal 26 halaman, para perwakilan gereja ini malah berfokus pada masalah non gerejawi seperti penentangan perubahan iklim oleh perusahaan multinasional, kecaman operasi pertambangan perusahaan Kanada di negara-negara dunia ketiga serta penolakan usulan pemerintah Kanada yang berencana membuat jalur pipa yang menyalurkan ratusan ribu barrel minyak dari negara bagian Alberta ke pantai barat Kanada, guna dikirim ke China.
"Pikiran dari dewan [sidang sinode] sangat jelas, rekomendasi utama akan disetujui oleh semua pemilih," ucap Bruce Gregersen, salah satu anggota dewan Sinode Gereja Persatuan Kanada kepada TorontoStar, Kamis (16/08/2012) dengan penuh keyakinkan.
Rekomendasi yang telah ditolak oleh 78 persen anggota sidang Dewan itu, muncul tanpa menyadari bahwa akibat dari pemboikotan itu, ribuan pekerja asal Palestina akan kehilangan pekerjaan mereka dan kelompok extrimis muslim di Tepi Barat yang didukung oleh Hizbullah akan kembali melakukan aksi teror di daerah mayoritas Kristen di Tepi Barat, Palestina (Betlehem, Yerusalem Timur, Bait Umar dan Hebron) pasca boikot, walau beberapa pengamat menyatakan seruan UCC tidak terlalu mempengaruhi perkembangan ekonomi di Tepi Barat.
Dipengaruhi Sekularisme
Sebagai 'bekas' denominasi Gereja Protestan terbesar di Kanada pada lima puluh tahun yang lalu, Gereja Persatuan di Kanada (UCC) kini mengalami penyusutan jemaat yang begitu drastis. Ini akibat tingginya krisis keimanan didalam gereja tersebut.
Pada tahun 1980an gereja ini mengijinkan pendeta homoseksual agar memimpin jemaatnya, kemudian pada tahun 1990an gereja ini mempersilahkan para 'pendeta' dari kalangan atheis dan sekular memimpin ibadah dan berkhotbah.
Hasilnya hampir setengah juta warga jemaat meninggalkan gereja yang kini menyebut diri sebagai 'gereja progressif' dengan pengajaran yang tidak berorientasi pada Alkitab namun pada keputusan para pendetanya.
Sayangnya denominasi gereja yang telah dicemari oleh pengaruh duniawi ini bahkan berusaha menutup mata dan telinga atas apa yang terjadi pada umat Kristen negara-negara Islam. Beberapa kasus yang terkenal diantaranya adalah kasus diskriminasi, kekerasan dan genosida rasial yang dilakukan muslim keturunan Arab di Benua Afrika terhadap warga Kristen dan muslim asli Afrika yang berada di Darfur (Sudan Selatan), Nigeria Utara dan Mauritania Selatan. Selain juga krisis yang kini dihadapai umat Kristen di Suriah, Palestina, Pakistan, Mesir dan Irak.
Gereja sekuler ini tidak sepatah katapun mengeluarkan 'kecaman' maupun tindakan nyata melakukan intervensi, sedangkan gereja-gereja lain dari berbagai denominasi termasuk WCC, WEA dan Vatikan telah bersama-sama mengeluarkan kecaman bernada sama, termasuk turun ke lapangan menolong para korban dan meminta komunitas internasional untuk membantu mengakhiri kejahatan yang terjadi di tempat-tempat itu.
Menanggapi hal ini, Kantor Pusat Urusan Israel dan Yahudi di Toronto menyatakan kekecewaan mereka. "Keputusan ini mewakili sebuah perubahan radikal dari kebijakan Gereja Persatuan, menghianati pandangan dari mayoritas anggotanya dan 'terbang' dari usaha bertahun-tahun membangun dialog lintas iman [di Kanada]," tulis pernyataan sikap kantor Pusat sembari mengungkapkan, suara anti-semit ini merupakan salah satu usaha merusak citra Israel sebagai negara yang 'jahat'.
Sedangkan badan pengkaji studi genosida bangsa Yahudi, Simon Wiesennthal Centre for Holocaust Studies (SWC-HS), mengungkapkan hal ini turut menghambat perkembangan perdamaian antara Israel dan Palestina, sebab rekomendasi ini berusaha untuk mengabaikan keberadaan bangsa Israel dengan menolak kaitan antara genosida terhadap warga Yahudi pada perang dunia kedua dengan kembalinya mereka ke tanah kelahiran mereka, di Israel.
"Saya tidak mengetahui jika para anggota gereja itu sangat mengerti betapa menyinggung dan tidak seimbangnya proposal [rekomendasi] itu, atau apakah ini merupakan pertanda bangkitnya laten anti-semit di dalam gereja," ucap Avi Benlolo, presiden dan CEO dari SWC-HC.
Selain itu Rabbi Abraham Cooper, pemimpin asosiasi SWC-HC menganggap rekomendasi yang dianggap sebagai 'pembelaan terhadap Palestina', "Telah menampar wajah 6 juta warga Yahudi di Israel yang demokratis, warga gereja UCC asal Yahudi dan seluruh komunitas Yahudi se Dunia." (INN/TorontoStar/FPM/SWC/TimPPGI)
amerika
boikot
campur tangan
Israel
kanada
krisis di Israel
luar negeri
ottawa
Palestina
pernyataan politik
sekularisme
Sidang Sinode
united church of canada