Wednesday, 15 August 2012

Wednesday, August 15, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pdt Andreas Yewangoe : Jakarta Sudah Pluralistik.
JAKARTA - Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe menilai Jakarta pada dasarnya sudah pluralistik karena penduduknya berasal dari beragam etnis, suku, dan agama.

Warga Jakarta mampu berpikir rasional dan terbuka terhadap keberagaman. Oleh karena itu, isu SARA hanya akan menjadi masalah jika ada pihak tertentu yang menciptakannya sebagai “masalah”.

“Jakarta yang beragam menurut saya harus diterima sebagai sebuah kenyataan, yang jadi masalah kalau dibuat jadi ‘masalah'. Sebenarnya untuk apa diotak-atik? Karena Jakarta pada dasarnya sudah beragam,” kata Andreas di Jakarta, Rabu (15/08/2012).

Andreas mengatakan, Jakarta adalah miniatur Indonesia atau aquarium yang menjadi contoh untuk daerah lain. Jika warga Jakarta mampu bertindak dewasa dalam segala sesuatu maka daerah lain pun bertindak dewasa. Sebaliknya, jika warga Jakarta bertindak kekanak-kanakan dalam segala sesuatu maka daerah lain pun bertindak kekanak-kanakan.

Menurut Andreas, kerukunan hidup di Jakarta bisa saja terganggu jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi penduduknya. Dia mengatakan isu agama seringkali diperalat sebagai sumber persoalan. Apalagi, kompeleksitas persoalan di Jakarta sering membuat penduduknya mudah frustasi sehingga mengalihkan kepada isu agama atau suku.

“Banyak masalah yang kelihatannya masalah agama, padahal bukan, karena akarnya di tempat lain. Agama kerap diperalat termasuk dalam kampanye Pilkada. Di sini, warga Jakarta harus bersikap dewasa dan tidak terpancing,” tandas Andreas.

Dalam konteks lebih luas, menurutnya, bangsa Indonesia seharusnya tidak perlu lagi mempertanyakan sifat negara Indonesia yang pluralistik. Indonesia bisa tertinggal jauh jika masyarakatnya terus menerus memperdebatkan apa yang menjadi hakikat atau sifat dasar bangsa ini. Saat ini, masyarakat Indonesia harus dikembalikan kepada ingatan dan komitmen para pendiri bangsa yang mendasarkan negara ini atas Pancasila.

“Pancasila warisan sangat indah yang harus dikembangkan. Kalau kita paksakan keseragaman, justru kemunduran,” tandasnya.

Andreas mengatakan penduduk Indonesia harus bersikap dewasa dalam menyikapi isu keberagaman apalagi menjelang peringatan kemerdekaan RI ke-67 tahun pada 17 Agustus 2012. Sejarah Indonesia menunjukkan, para pendiri bangsa justru mampu bersikap lebih dewasa dan terbuka satu sama lain.

Menurutnya, bangsa Indonesia jangan sampai kehilangan kerukunan otentik. Artinya, kerukunan yang memang sudah ada, sudah jadi, dan sudah hidup diantara warga yang berbeda suku, agama, dan etnis. (BeritaSatu)