Thursday, 9 August 2012

Thursday, August 09, 2012
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Terlalu Sering Dihina dalam Masjid, Pemerintah Arab Saudi Minta para Imam Berhenti Mendoakan Kehancuran Yahudi dan Kristen.
RIYADH (SAUDI) - Sebagai negara pusat agama Islam di dunia, Arab Saudi ternyata merupakan negara yang paling tinggi melakukan intoleransi terhadap warga beda iman, peringkatnya setara dengan intoleransi yang terjadi di Afghanistan bersama dengan beberapa negara muslim lainnya.

Seruan kebencian diskriminatif terhadap agama diluar Islam sekte Sunni tidak saja terjadi di lingkungan publik, tetapi juga dilakukan hingga ke dalam tempat ibadah mereka, masjid, dalam tiap khotbah jumat mereka.

Guna mencegah meluasnya kekerasan dan diskriminasi atas nama agama di masjid-masjid Saudi, pemerintah negara itu melalui Menteri Urusan Islam Saudi lalu memberikan peringatan kepada para imam masjid agar berhenti mendoakan kehancuran Kristen dan Yahudi dalam setiap khotbah Jumat mereka.

Menurut pemerintah, doa-doa rasis kepada umat Kristen dan Yahudi tidak akan 'meluruskan' impian mereka untuk menghancurkan para 'agresor' (musuh Islam) seperti diberitakan media online berbahasa Arab, United Press Arabic, pada 7 Agustus 2012.

Sebab doa yang 'digeneralisasi' tersebut tidak dibenarkan dan dapat menyinggung mereka (umat Kristen dan Yahudi), selain itu doa-doa diskriminasi tersebut seharusnya tidak diucapkan disetiap jumat oleh para imam dan harus ditujukan kepada 'para agressor' semata.

Menurut pakar counter Islam di Amerika, Robert Spencer, hal ini akan susah untuk dilaksanakan, sebab dalam tradisi Islam, umat Yahudi telah dianggap sebagai kaum yang mendapat amarah Tuhan, sedangkan umat Kristen sebagai kaum yang tersesat, merujuk pada dua penggalan kalimat terakhir dari al Fatiha, sebuah doa muslim.

Salah satu doa 'kontroversial'  yang tidak pernah dibahas oleh komunitas internasional, ketika sebuah doa kebencian terhadap umat Kristen dan Yahudi terdengar dari megafon Masjidil Haram di Mekkah, masjid tersuci umat muslim pada November 2011.

"Ya Allah, musnahkan para Kristen yang tidak dibenarkan dan Yahudi kriminal, sang penghianat yang tidak dibenarkan; hancurkan mereka dengan amarahmu; buatlah hidup mereka menderita; buat mereka berputus asa selamanya, kesakitan tiada henti dan penyakit terus menerus; penuhi hidup mereka dengan duka dan sakit dan akhiri hidup mereka dengan rasa malu.... "

Negara Apartheid Agama
Apharteid Agama
Sebagai satu-satunya negara yang digambarkan sebagai negara 'apharteid agama' oleh Kaukus HAM PBB, Arab Saudi memiliki sejarah panjang diskriminasi rasial dan agama. Sayangnya mereka balik menuduh Israel sebagai dalang dari tuduhan 'apharteid' yang disematkan kepada mereka.

Sekolah-sekolah mereka dibangun dengan dasar ideologi kebencian terhadap toleransi terhadap agama lain, selain kepada mereka (muslim non-Sunni) yang berani meninggalkan Islam Sunni.

Selain ideologi kebencian, inti mata pelajaran yang diajarkan pada 33,000 sekolah di Saudi adalah: umat Kristen, Yahudi dan Muslim non-Sunni dianggap sebagai musuh yang harus dihancurkan oleh 'para orang beriman'. Sebab, diluar pendidikan ala Wahhabi dan Salafi, semuanya merupakan pendidikan 'konspirasi Zionis' yang konon, menurut mereka,  hingga kini masih menjalankan 'Perang Salib' melalui internet, teknologi, ilmu pengetahuan, politik dan olah raga.

Hal ini nampaknya menjadi ancaman besar terhadap 'promosi sebagai negara toleran' yang sedang digadang-gadang negara itu. Tahun 2006, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan janji manis akan mengijinkan warga non-muslim beribadah di negara itu dengan 'damai' (yang belum terbukti hingga kini). Sedangkan pada Oktober 2011 lalu, Raja Abdullah Abdul Aziz mendirikan Pusat Internasional Dialog Lintas Agama dan Budaya di Vienna, Austria, sebagai bentuk nyata kesungguhannya menerapkan toleransi. (UPI/TimPPGI)