"saya rela korbankan nyawa saya, ayah dan ibu demi nabi allah" bunyi tulisan di dinding Kedubes AS Kairo |
"[Kekerasan tersebut] menggambarkan betapa kuatnya bensin [provokasi] yang memicu ledakan [kekerasan] lainnya dengan cepat," ujar juru bicara Open Door, Michael Wood dalam surelnya kepada Christian Post pada Kamis (13/09/2012).
"Saat ini adalah momen yang tidak dapat diprediksi, yang dapat menciptakan gelombang unjuk rasa dan kemarahan. Banyak dari kelompok muslim fanatik yang mengaitkan Amerika Serikat dengan Kekristenan. Sehingga hal ini dapat menempatkan umat percaya di daerah-daerah panas seperti Libya dan Mesir mendapatkan imbasnya," ujar Wood menambahkan bahwa umat Kristen di Mesir hanya sekitar 10 persen, dari 10 juta penduduk. Sedangkan di Libya hanya segelintir komunitas Kristen yang menetap di Tripoli.
Wood menyimpulkan pernyataannya dengan meminta agar bersama-sama berdoa agar kekerasan yang terjadi akibat film "Innocence of Muslim" tidak menyebar ke negara-negara lainnya di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sedangkan Aliansi Gereja-gereja Injili Sedunia, World Evangelical Alliance (WEA) mengeluarkan pernyataan yang menguatkan umat Kristen untuk berdiri bersama umat Muslim guna menunjukan kebersamaan dan saling menguatkan guna menghadapi intoleransi dan kekerasan atas nama agama yang diselipkan dalam sebuah film berdurasi hampir 2 jam itu.
"Kita bersama-sama berdiri dengan saudara-saudari Kristen kita di negara-negara populasi mayoritas muslim dan mengutuk baik video dan kekerasan yang terjadi setelah publikasinya," tulis WEA melalui websitenya. (ChristianPost/TimPPGI)