Friday, 26 October 2012

Friday, October 26, 2012
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Kunjungan Ketua Dewan Pimpinan Agama-agama di Eropa di Kantor Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
JAKARTA - "Dari pengalaman mengembangkan dialog antarumat beragama selama ini, jauh lebih mudah kita memulainya dengan isu-isu keadilan sosial ketimbang memasuki masalah-masalah teologis", demikian kata Bishop Gunnar Staalsett, Ketua Dewan Pimpinan Agama-agama di Eropa (ECRL), dalam diskusi pada saat kunjungannya ke kantor PGI (10/10/2012).

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PGI, Pdt Dr AA Yewangoe,  mengungkapkan sejak dulu kehidupan keberagamaan di Indonesia sangat harmonis dan menjunjung tinggi toleransi. Namun belakangan situasi pun berubah sejak munculnya kelompok-kelompok keagamaan tertentu yang radikal dan fundamental. “Situasi inilah yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai bangsa yang pluralis,” jelas Yewangoe.

Hal senada juga disampaikan Sekum PGI, Pdt. Gomar Gultom. Menurut Gultom, sesungguhnya Islam di Indonesia agak berbeda dengan Islam di Timur Tengah, Afganistan, dan Pakistan karena pada awal masuknya Islam di Indonesia, mereka telah mengadopsi budaya/tradisi lokal, misalnya Jawa, dan menjadikannya sebagai bagian dari "way of life Islam", sehingga nilai-nilai toleransi itu sangat kuat sekali.

Namun, sejak adanya pengaruh kuat kelompok-kelompok radikal yang datang dari luar, toleransi pun mulai luntur. “Kekerasan terhadap kelompok-kelompok kecil di Indonesia adalah akibat dari kelompok-kelompok yang anti terhadap toleransi di Indonesia. Dan celakanya, Pemerintah Indonesia terkesan membiarkan kekerasan tersebut dan tidak bertindak tegas terhadap kelompok-kelompok intoleransi tersebut,” katanya.

Ditambahkan pula, rintangan kehidupan keberagamaan di Indonesia bukan saja datang dari kelompok-kelompok Islam radikal, tetapi datang juga dari kelompok-kelompok Kristen fundamentalis.

Bishop Gunnar Staalsett berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan para pemimpin umat beragama di Indonesia. Beliau adalah Uskup (emeritus) Oslo dari gereja Lutheran Norwegia. Selain pernah selama 10 tahun lebih sebagai Sekretaris Jenderal LWF, beliau juga anggota Central Committee WCC.

Pada saat yang sama beliau juga mengabdikan diri sebagai anggota Komite Hadiah Nobel Perdamaian selama 14 tahun lamanya. Sejak Kongres Dunia di Amman, Yordania tahun 1994 Bishop Staalsett terpilih menjadi salah satu Presiden dari World Conference on Religion and Peace (WCRP) dan sejak itu beliau selalu terlibat secara aktiv dalam kegiatan-kegiatan dialog agama secara internasional. Beliau pulalah yang memprakarsai berdirinya European Council of Religious Leaders dan mejabat sebagai Ketua Umumnya sejak saat berdirinya organisasi bergengsi tersebut.

Dalam kunjungannya ke PGI, beliau didampingi oleh Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Ingemar Traavik. Selain oleh Ketum dan Sekum PGI, mereka diterima oleh anggota MPH lainnya seperti Ibu Lies Makisanti-Tamuntuan, Raffly Tamburian dan beberapa staf PGI. (PGI)