Saturday 20 October 2012

Saturday, October 20, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Uskup Fengxiang Minta Sinode Katolik Hidupkan Iman Umat di Cina.
BEIJING (RRC) - Seorang uskup Cina berusia 90 tahun Mgr Lucas Li Jingfeng telah mengirimkan pesan khusus kepada Sinode Para Uskup di Roma bahwa ia bersama dengan para uskup lain dari Cina, tidak bisa menghadiri Sinode tersebut.

Pesannya diterima oleh para anggota Sinode yang terdiri dari 200 uskup dari seluruh dunia pada Selasa dan dibacakan oleh Uskup Agung Nikola Eterovic, sekretaris jenderal Sinode itu.

Pesan itu menyatakan bahwa benteng agama Katolik menyusut seperti Eropa dan Amerika Utara maka mereka hendaknya melihat ke Cina untuk menghidupkan kembali iman mereka, meskipun klerus menderita penganiayaan di sana dari Partai Komunis.

“Saya ingin mengatakan bahwa Gereja kami di Cina, khususnya awam, selalu mempertahankan kesalehan, kesetiaan, ketulusan, dan devosi seperti halnya orang-orang Kristen perdana, meskipun 50 tahun mengalami penganiayaan,” kata pesan itu.

Uskup dari Fengxiang di provinsi Shaanxi itu menekankan bahwa ia tidak akan berbicara tentang politik karena mereka adalah “tamu”. Ia percaya bahwa “iman kami sebagai orang Cina dapat membuat Paus merasa simpati”.

“Saya sangat sedih bahwa Anda tidak bisa mendengar salah satu suara dari Gereja Cina,” tambahnya.

Pesan Uskup Li diterima di tengah perselisihan panjang di antara Vatikan dan pemerintah di Beijing selama yurisdiksi Gereja di Cina.

Takhta Suci mengundang dua uskup dari Cina daratan untuk menghadiri Sinode Uskup Asia tahun 1998 dan empat lainnya, termasuk Uskup Li untuk menghadiri Sinode  Uskup Dunia tahun 2005.

Namun, tidak seorang pun menghadiri salah satu Sinode tersebut karena pemerintah Cina tidak akan mengizinkan mereka untuk meninggalkan negara itu. Untuk Sinode Uskup Dunia tahun 2008, kedua belah pihak sepakat mengutus lima uskup Cina.

Sebuah sumber Gereja mengatakan Takhta Suci telah mengundang seorang uskup Cina ke Roma minggu ini, tapi kemudian memutuskan menolak karena hal itu akan menjadi “tidak bermakna” di tengah kebuntuan yang sedang berlangsung. (UcanIndonesia)